Artinya, di leg kedua nanti, jika kedua hal ini, possession dan transisi berjalan lebih baik, peluang Juventus untuk lolos menjadi lebih besar.
Kedua, cara bertahan Porto yang terlihat sulit ditembus dalam pertandingan ini.Â
Sebelum laga, Pirlo sudah mengisyaratkan bahwa Juventus akan berhadapan dengan Porto yang mempuyai cara defensif yang tangguh, rapat. Pirlo menyamakannya dengan Atletico Madrid.
Wajar, pelatih Porto, Sergio Concecaiao adalah mantan pemain yang pernah merumput di Italia. Dia mengenal benar sistim grendel dan dia tahu filosofi yang dikembangkan oleh Diego Simeone di Atletico.
Porto tangguh di belakang. Pepe dan Mbemba menjadi palang pintu di tengah yang tidak pernah meninggalkan posisinya, lalu empat pemain gelandang akan sejajar menutup rapat ketika Juventus menguasai bola dan mencoba membangun serangan.
Christiano Ronaldo? Pepe sepertinya mengenal Ronaldo dengan baik, karena pernah bermain bersama di Real Madrid dan timnas Portugal. Ronaldo sulit sekali mendapat ruang dari Pepe cs, karena itu untuk kualitas bertahan Porto, pantas dipuji dalam laga ini.
Sebenarnya, masih ada harapan Juventus jika bek sayap mereka lebih agresif. Sayang Juve kehilangan Cuadrado yang harus cedera, akselarasi Danilo sebagai pengganti di sektor kanan terlihat tidak sehebat Cuadrado, inilah yang membuat, Porto juga tidak terlihat kesulitan ketika sedang diserang.
Ketiga, pemain no.9 yang belum terlihat di Juventus.Â
Memainkan Dejan Kulusevsi dibandingkan Alvaro Morata adalah salah satu kesalahan Pirlo, apalagi ketika Juventus sudah ketinggalan karena gol cepat Taremi.
Mengapa Pirlo memilih demikian? Patut diduga, Pirlo ingin mencari hasil aman, minimal seri.
Sampai hari ini, Kulusevski yang masih muda bukan finisher, dia tak mampu menjadi tandem bagi Ronaldo  yang juga bisa mencetak banyak gol,  tapi Kulu memang mampu mendribble bola.