Hari minggu kemarin, (14/2/2021), Â Presiden Joko Widodo ( Jokowi) meresmikan Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Â Banyak harap yang dititipkan Jokowi untuk bendungan ini, yakni untuk pengendalian banjir, mengairi sawah, air irigasi, dan penyediaan air baku.
Disebutkan juga dengan kapasita 8,7 juta meter kubik, dan dengna pengairan lebih 300 liter per detik maka diharapkan bahwa bendungan ini pada kahirnya berhasil mengairi 600 hektare sawah di daerah tersebut.
Peresmian bendungan ini tentu saja seperti oase di padang gurun, di tengah keprihatinan dalam kondisi bangsa menghadapi pandemi, peresmian bendungan ini menandakan bahwa pemerintah terus bergerak, melakukan pembangunan demi kepentingan rakyat.
Di tengah peresmian ini, berbagai komentar datang. Kebanyakan positif, salah satunya dari politisi Demokrat Andi Arief dalam cuitannya di twitter. Andi memuat sebuah gambar yang seperti berisi tahapan pembangunan dari pembagunan Waduk Pacitan dengan sebuah caption yang cukup panjang;
"Belajar dari pembangunan waduk di Pacitan, belajar soal continuitas. Pojek MP3EI ini saya ingat konstruksinya dibangun 2013. Rencana selesai 2016 namun mundur menjadi 2021 ini. Banyak Projek MP3EI yang dirancang zaman SBY dilanjutkan Pak Jokowi. Contoh baik" tulis Andi Arief
Nampak bahwa Andi memang positif melihat ini, meskipun tendensinya memuji SBY yang disebut Andi menjadi bagian dari perancangan sebelumnya.
Postingan ini seperti biasa mengundang netizen. Warganet seakan tidak peduli dengan inti informasi soal kontinuitas dan sebagainya, tapi hanya terpaku untuk melihat maksud pujian yang diberikan oleh Andi untuk SBY.
Pada akhirnya yang keluar adalah kata-kata seperti jago mangkrak, proyek mangkrak dan sebagainya untuk Andi Arief.
Mungkin maksud sebagian warganet tersebut adalah SBY tidak mampu menyelesaikan proyek secara cepat, sedangkan Jokowi mampu menyelesaikan proyek ini untuk kebutuhan rakyat.
Jika kita tilik sejarah pembangunan Bendungan Tukul di Pacitan ini memang benar yang dikatakan oleh Andi Arief .
Proyek ini dikerjakan oleh Kementerian PUPR dengan merupakan proyek multiyear yang rencana kontruksi dimulai pada 2013 dan ditargetkan selesai pada 2016 tetapi kemudian mundur hingga 2020, dan diresmikan Jokowi pada 2021 ini.
Mengapa ini harus mundur sekian lama? Permasalahan utamanya dalam pembangunan Bendungan Tukul ini adalah pembebasan lahan. Karena itulah proyek pembangunan ini yang seharusnya selesai pada 2016, namun karena proses pembebasan lahan lama maka proyek ini dijadwal ulang dan baru selesai 2020.
Jika benar apa yang dikatakan oleh Andi Arief, lalu apa permasalahannya? Mungkin karena tendensi dari Andi Arief yang (sekali lagi) nampak memuji SBY dan bagaimana jejak cuitannya yang banyak menyudutkan pemerintah.
Akan tetapi wajar saja. Sebagai oposisi, Andi Arier perlu bersikap tidak terlalu memuji pemerintah. SBY sendiri  pernah mengatakan bahwa terlalu banyak pujian itu tidak baik bagi kesehatan, dan menyebut kritik sebagai obat. Â
Andi Arief memang sedang menunaikan "tugasnya", sama seperti pemerintah yang juga akan terus bekerja.Â
Sebagai informasi, Kementerian PUPR, sampai Desember 2020, telah menyelesaikan empat bendungan yang merupakan hasil peralihan proyek pembangunan pada 2014-2019 ke 2020-2024.
Sedangkan untuk periode 2020-2024, rencananya akan ada tambahan 61 bendungan yang dibangun, yakni 9 bendungan di Pulau Sumatera, 24 bendungan di Pulau Jawa, 4 bendungan di Pulau Kalimantan, 9 bendungan di Pulau Sulawesi, 3 bendungan di Pulau Bali, 11 bendungan di Pulau Nusa Tenggara, dan satu bendungan di Pulau Maluku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H