Presiden pertama Indonesia, Soekarno dikenal sebagai penakluk wanita. Bukti sahihnya adalah Soekarno dalam hidupnya memiliki sembilan istri.
Cara menaklukkannya juga tentu bukan saja dengan menggunakan kuasa semata, tapi juga dengan cara yang romantis. Soekarno dikenal amat puitis menuliskan surat cinta yang mampu meluluhkan hati gadis yang diincarnya.
Semisal istri kelimanya, Ratna Sari Dewi yang pernah mengungkapkan ada sekitar 500 surat yang dituliskan Soekarno sebelum dan sesudah mereka menikah.
Romantisnya Soekarno ini membuat hampir tidak bisa dipercayai, bahwa ada wanita yang menolak cinta Soekarno.
Akan tetapi dalam realitanya memang ada yang menolak cintanya, wanita itu bernama Gusti Raden Ayu (GRAy) Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumowardhani atau biasa disapa dengan Gusti Nurul.
BACA JUGA :Â Kisah Cinta Dewi Soekarno, Istri Kelima Soekarno yang Masih Terlihat Cantik
Gusti Nurul merupakan putri tunggal dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII yang dijuluki Kembang Kusumanegaran.
Bagaimana bisa tidak ada yang tertarik kepadanya karena wanita cantik ini dikenal pandai menari, berkuda, menulis puisi, berenang bahkan dapat bermain tenis.
Untuk kemampuan tarinya, Gusti Nurul disebut pernah diundang menari hingga ke negeri Belanda ketika dilangsungkannya prosesi pernikahan anak Ratu Welhelmina, Putri Juliana dengan Pangeran Benhard dan disiarkan langsung melalui radio Solosche Radio Vereeniging.
Kecantikan dan kecerdasannya laksana madu yang mengundang para kumbang. Tak heran, kabarnya tokoh nasional seperti Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Sultan Hamengkubuwono IX pernah mengantri mendapatkan cintanya.
Soekarno bahkan disebut melakukan berbagai cara untuk memikat Gusti Nurul. Presiden ke-1 RI itu, pernah mengundang Gusti Nurul ke Istana Cipanas untuk makan bersama. Selain itu, wajah Gusti Nurul diminta Soekarno untuk dilukis Basuki Abdullah untuk dipajang di kamar kerja Presiden di Istana.
BACA JUGA : Â Membayankan Kembali Kirana Cinta Soeharto dan Ibu Tien
Sayang, rayuan dan usaha para tokoh nasional itu tidak mampu meluluhkan hati wanita ini. Mengapa? Gusti Nurul adalah wanita yang sudah berpikiran maju, dia tak mau dipoligami atau diperistri lelaki yang sudah beristri.
Dalam nukilan buku yang berjudul "Gusti Noeroel Streven Naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan)" karya Ully Hermono, Gusti Nurul menyatakan hal itu dengan begitu jelasnya.
"Seandainya pun dulu ia langsung melamarku, problemnya akan sama dengan yang dihadapi Sutan Sjahrir. Sebagai tokoh PNI, tak mungkin ia menikah denganku. Dan yang terpenting aku tidak mau dimadu. Yah, ia memang bukan jodohku," kata Gusti Nurul.
Berbeda dengan alasan penolakannya terhadap tokoh politik seperti Soekarno dan Sjahrir, untuk Sultan Hamengkubuwono IX, Gusti Nurul juga menambahkan alasan yang lebih spesifik, yakni dia tak mau menyakiti hati istri yang lainnya.
"Beliau merasa tidak nyaman karena Sultan Hamengkubuwono IX saat itu sudah punya istri. Jadi beliau tidak mau menyakiti perasaan istri Sultan lainnya. Oleh sebab itu dia memilih tidak menerima pinangan itu," ungkap putra pertama Gusti Nurul, KPH Sularso Basarah Soerjosoerjarso suatu ketika.
Jika harus berandai-andai, jika menerima cinta Soekarno, bisa saja Gusti Nurul menjadi First Lady, ketika Soekarno menjadi presiden, namun idealismenya memilih jalan yang berbeda.
Ketika keduanya bertemu, Soekarno masih juga "menggoda" Gusti Nurul. , "Aku kalah cepat dengan suamimu."
Setelah menikah, Gusti Nurul bersama sang suami menetap di Bandung dan  dikaruniai 7 anak, 14 cucu, dan 1 cicit.
Pada Selasa, 10 November 2015, di Bandung Gusti Nurul meninggal dunia pada usia 94 tahun, dand imakamkan di Astana Giri Layu, Karanganyar bersanding dengan keluarga besar trah Mangkunegaran.
Di masa tuanya, Gusti Nurul terus menyampaikan cara berpikirnya kepada anak-anaknya. Dalam buku Gusti Noeroel, Mengejar Kebahagiaan, diceritakan bahwa Gusti Nurul pernah menanamkan nilai-nilai yang diyakininya pada anak perempuannya, KRAy Paramita Wiyarti yang akan menikah.
"Saat sebelum Mita menikah, aku menitip pesan yang tolong diperhatikan betul. Satu jangan mau dimadu. Dua, jika seumpama suamimu tinggal di kolong jembatan, kamu harus selalu ikut. Tiga, jika punya rumah sendiri, adik perempuanmu tidak boleh ikut serumah," ujar Gusti Nurul.
Sebuah pesan istimewa dari wanita spesial yang pernah menolak cinta Soekarno dan banyak tokoh nasional lainnya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H