Kecantikan dan kecerdasannya laksana madu yang mengundang para kumbang. Tak heran, kabarnya tokoh nasional seperti Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Sultan Hamengkubuwono IX pernah mengantri mendapatkan cintanya.
Soekarno bahkan disebut melakukan berbagai cara untuk memikat Gusti Nurul. Presiden ke-1 RI itu, pernah mengundang Gusti Nurul ke Istana Cipanas untuk makan bersama. Selain itu, wajah Gusti Nurul diminta Soekarno untuk dilukis Basuki Abdullah untuk dipajang di kamar kerja Presiden di Istana.
BACA JUGA : Â Membayankan Kembali Kirana Cinta Soeharto dan Ibu Tien
Sayang, rayuan dan usaha para tokoh nasional itu tidak mampu meluluhkan hati wanita ini. Mengapa? Gusti Nurul adalah wanita yang sudah berpikiran maju, dia tak mau dipoligami atau diperistri lelaki yang sudah beristri.
Dalam nukilan buku yang berjudul "Gusti Noeroel Streven Naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan)" karya Ully Hermono, Gusti Nurul menyatakan hal itu dengan begitu jelasnya.
"Seandainya pun dulu ia langsung melamarku, problemnya akan sama dengan yang dihadapi Sutan Sjahrir. Sebagai tokoh PNI, tak mungkin ia menikah denganku. Dan yang terpenting aku tidak mau dimadu. Yah, ia memang bukan jodohku," kata Gusti Nurul.
Berbeda dengan alasan penolakannya terhadap tokoh politik seperti Soekarno dan Sjahrir, untuk Sultan Hamengkubuwono IX, Gusti Nurul juga menambahkan alasan yang lebih spesifik, yakni dia tak mau menyakiti hati istri yang lainnya.
"Beliau merasa tidak nyaman karena Sultan Hamengkubuwono IX saat itu sudah punya istri. Jadi beliau tidak mau menyakiti perasaan istri Sultan lainnya. Oleh sebab itu dia memilih tidak menerima pinangan itu," ungkap putra pertama Gusti Nurul, KPH Sularso Basarah Soerjosoerjarso suatu ketika.
Jika harus berandai-andai, jika menerima cinta Soekarno, bisa saja Gusti Nurul menjadi First Lady, ketika Soekarno menjadi presiden, namun idealismenya memilih jalan yang berbeda.
Ketika keduanya bertemu, Soekarno masih juga "menggoda" Gusti Nurul. , "Aku kalah cepat dengan suamimu."