Andi Arief membantah pernyataan dari Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari yang mengatakan bahwa stretegi kudeta adalah desain dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Andi mengatakan bahwa pernyataan Qodari seperti meragukan kemampuan manajemen krisis yang dipunyai oleh Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Andi juga menandaskan bahwa ide, serta keputusan untuk melakukan respon terhadap upaya kudeta pihak internal dan eksternal dilakukan sendiri oleh AHY.
"Isu kudeta ini terbongkar karena kesetiaan atau loyalitas para kader, mereka yang melapor pada AHY. Dan AHY mengambil keputusan cepat dan terukur," kata Andi yang juga Ketua Bapilu Partai Demokrat kepada wartawan, Rabu (10/2/2021).
Jadi siapa yang benar? Belum dapat dipastikan. Hanya bisa dianggap wajar pendapat dari M Qodari karena SBY adalah pendiri partai yang nampaknya belum bisa lepas dari strategi politik dan langkah politik Demokrat.
Lihat saja, bagaimana komunikasi politik SBY melalui medsos, ketika AHY akan melakukan konfrensi pers. SBY sudah "sibuk" lebih dahulu, pantas saja dinilai bahwa peran SBY masih besar.
Hanya esensi dari dualisme pendapat ini, bermuara pada pertanyaan tentang kapasitas kepemimpinan AHY, yang tentu akan terus menjadi isu hangat, selama persoalan tudingan kudeta ini masih mengemuka di publik.
Dari kacamata pesepakbola, saya ingin menilainya lebih sederhana.Â
AHY itu ibarat pesepakbola itu Christiano Ronaldo atau Neymar.
Bagi saya kedua pesepakbola ini berbeda, meski sama-sama mumpuni sebagai pesepakbola. Lupakan saja dulu pikiran tentang siapa lebih banyak mendapatkan balon d'or, karena bukan itu yang ingin saya sampaikan.
Mari kita mulai.  AHY sebagai Christiano Ronaldo. Ronaldo dikenal sebagai pesepakbola pekerja keras, dia bukan lahir dari bakat tapi dari kerja keras latihan.