Neymar sering sekali berakting. Dihantam lawan sedikit, langsung jatuh, lalu merasa disakiti, dan sering merengek meminta belas kasihan simpati dari penonton dan terutama wasit.Â
Inilah yang membuat Neymar bisa menjadi pemain hebat, tapi sulit menjadi yang terhebat seperti Messi dan Ronaldo.
AHY di titik ini dianggap beberapa pihak seperti Neymar, ada politik merasa dizolimi yang dimainkannya, dengan tujuan untuk menarik simpati. Playing victim begitu orang menyebutnya.
Apakah strategi ini berhasil? Ya jika bicara soal tingkat popularitasnya yang menjadi naik, tapi sayang belum tentu popularitas linier dengan elektabilitas.
AHY butuh pembuktian lain. Dia bisa mendapat simpati tapi belum tentu dia dapat meraih balon d'or, penghargaan individual tertinggi bagi pesepakbola di jagat ini.
Apakah AHY akan terus tenggelam jika seperti ini? Tidak juga. Apapun bisa terjadi di politik, hari ini AHY bisa seperti Neymar, tapi dalam perjalanannya dia bisa seperti Ronaldo, jika semakin pandai memilih cara yang tepat.
Mengapa AHY tidak dibandingkan seperti Messi? Saya tidak sampai hati. Hari ini, Â Messi bahkan sempat akan diusir dari Barcelona, klub yang dibesarkannya.Â
Mengapa? Â Messi mulak tidak diterima, karena Barca dianggap tidak besar lagi atau tidak bisa kemana-mana, jika masih bergantung pada dirinya. Semoga saja ini tidak terjadi pada AHY.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H