Hingga menginjak usia 36 tahun, salah satu yang diingat oleh rekan-rekannya, adalah Ronaldo datang paling cepat dan pulang paling lambat, latihannya selalu lebih lama daripada yang lain.
Ronaldo tahu bahwa skill di atas lapangan muncul dari pengalaman yang terbentuk karena latihan. Ronaldo akan ingin terlihat paling bugar di lapangan, siap untuk beradu kuat, ketika memang benar-benar siap.
Karakternya di lapangan adalah pejuang. Ronaldo bukan pemain yang sering terlihat diving, merengek ketika ditekel lawan kepada wasit, tidak seperti itu. Dia bisa ditekel, dan cepat bangun.
Salah satu yang diakui dari Ronaldo adalah dia siap berada di situasi apapun, kepindahannya ke Juventus, Seri A Italia seperti meninggalkan zona nyaman di Madrid. Ronaldo siap, dan membuktikan dia bisa.
AHY untuk beberapa hal, mirip dengan Ronaldo. Dia berani meninggalkan karirnya dan turun di politik ketika usianya masih muda, dan bahkan dinilai kurang berpengalaman.
AHY mungkin masih membutuhkan waktu, hanya apakah dia akan cukup bugar untuk memilih lebih cepat menghadapi laga politik yang semakin keras?
AHY sebagai Neymar. Neymar adalah pesepakbola berbakat yang digadang-gadang jadi pemain hebat seusai era Ronaldo dan Messi.
Hanya, sayang, era Messi dan Ronaldo yang lebih panjanb bisa jadi membuat Neymar tidak bisa berbuat apa-apa meski sudah di usia emasnya. Neymar hanya bisa mengikut dari belakang, tidak di depan.
Itulah yang membuat Neymar tak tahan berada di belakang Messi saat di Barcelona, dia ingin menjadi nomor satu bukan nomor dua.
 Tawaran klub kaya asal Prancis, PSG diambilnya, meski dia mengerti main di Liga Prancis serasa hanya untuk menghabiskan ampas karir, seperti yang dilakukan Zlatan Ibrahimovic.
Apakah mental Neymar yang tak mau bersaing di level atas ini yang membuat dia tidak bisa bertahan? Tidak juga, ada faktor lain, yakni karakter yang dipilihnya saat bermain.