Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salah Konteks Susi, Ferdinand Sapu Bersih

8 Februari 2021   21:31 Diperbarui: 8 Februari 2021   21:39 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Kolase via Industri.co

Dahulu ada senior kantor yang menasihati begini. Cara berkomunikasi yang keliru membuat pesan dari komunikasi bisa benar-benar hilang. Nasihat ini diberikan ketika ada peristiwa di ruang rapat.  

Sebenarnya sederhana saja, soal rotasi staf. Saat pimpinan baru sedikit menjelaskan tentang rotasi ini, seorang rekan staf langsung menyela dengan dugaan yang tidak-tidak. Nadanya juga meninggi.

Rekan staf tadi merasa bahwa ada unsur  ketidaksukaan dalam wacana rotasi ini. Baik juga, mungkin dia lagi mengingatkan agar rotasi berjalan lebih obyektif.

Sayangnya,  sesudah pimpinan menjelaskan lebih lengkap, sebenarnya tidak demikian adanya. Rotasi itu dilaksanakan sesuai dengan hasil evaluasi setiap staf, dan sudah diterima.

Rekan staf tadi akhirnya malu dan balik dinasihati rekan yang lebih senior. Cara komunikasinya dinilai keliru,  dan asumsi yang dia buat tak tepat konteks.

Mungkin begitu kira-kira mantan politisi Demokrat, Ferdinand Hutahaean melihat komentar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti di postingan akun twitter Jokowi.

Jokowi dalam cuitannya menuliskan perihal pandemi COVID-19.

"Setahun dalam selubung pandemi, tentu ada rasa bosan, lelah, dan sedih. Kita sama merindukan suasana normal, berkegiatan seperti sediakala, dan tidak dicekam ketakutan. Mari, kita sama berjuang untuk mengakhiri pandemi ini dengan disiplin ketat menjalankan protokol kesehatan," tulis Jokowi.

Cuitan tersebut kemudian dikomentari oleh Susi. Tidak langsung membahas covid sesuai postingan Jokowi , malah Susi meminta Jokowi untuk menghentikan ujaran kebencian atau hate speech.

"Mohon dibantu dengan himbauan dari Bapak Presiden untuk menghentikan Hate speech .. ujaran kebencian yg baik yang mengatasnamakan agama, Ras/Suku, Relawan dll ... Pandemic sudah cukup membuat depress ekonomi sosial juga kesehatan jiwa masyarakat semua," tulis Susi di akun-nya, @susipudjiastuti..

Ferdinand lalu muncul. Nasihat diberi Ferdinand bertubi-tubi. Mulai dari susi yang dianggap salah konteks karena bicara hate speech ketika Jokowi sedang bicara soal covid, dan juga cara Susi yang dianggap Ferdinand tidak seperti mantan menteri yang seharusnya tahu dimana tempat yang baik menyampaikan usulan.

"......... Presiden tak ada hubungannya dengan itu, dan ibu bisa komunikasi dengan Presiden lewat ajudan," kata Ferdinand di akun Twitter-nya, @FerdinandHaean3.

Saling balas terjadi di antara keduanya dan tentu saja terlihat seperti saling emosi.

Saya setuju dengan Ferdinand, Susi salah konteks, meski maksudnya baik. Biasanya dalam situasi seperti ini, saya pernah diajarin bahwa perlu ada jembatan jika maksud kita mungkin tak tepat dengan konteks tema sebelumnya.

Maksud saya seperti ini; jika Susi ingin menghubungkan hate speech dengan covid, buatlah sedikit prolog, dan tentu saja tidak nampak tendensius. Meski yang tendensius itu terkesan subyektif, tapi bagi saya ini perlu menjadi perhatian, agar persinggungannya jangan terlalu banyak.

Apalagi Susi memang akhir-akhir ini mengundang tanda tanya, khususnya bagi kubu Ferdinand cs.

Sikap Susi terhadap Abu Janda dengan meminta unfollow akun medsos Abu Janda dianggap beberapa pihak terlalu berlebihan. Ada kecurigaan-kecurigaan yang mengarah kepada tendensi politik. Susi adalah tokoh politik, dan wajar jika ada kecurigaan seperti itu.

Soal Ferdinand, saya menilai juga terlalu sensitif. Mungkin alangkah baiknya Ferdinand mengambil ini dengan lebih lembut, tidak seperti sapu bersih seperti ini.

Tapi mungkin karakter yang kita lihat selama ini dari Ferdinand, begitulah, dan mungkin saja Ferdinand yang lebih politik daripada Susi ini melihat ada sesuatu dibalik cuitan Susi entahlah.

Hanya prediksi saya, jika Susi salah konteks seperti ini, maka dia akan lebih sering berhadapan langsung dengan Ferdinand di medsos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun