Salah satu yang kemungkinan yang dapat disodorkan adalah PDIP menggandeng Anies untuk Pilkada, tapi bukan untuk Pilpres.
Logikanya seperti ini. Anies akan diusung PDIP di Pilkada DKI nanti yang waktunya bersamaan dengan Pilpres, dengan catatan Anies tak maju di Pilpres.
Ini yang namanya negosiasi politik. Hal ini terasa mungkin karena relasi PDIP dan Gerindra cukup kuat, dengan hitung-hitungannya adalah Prabowo akan didorong maju ke Pilpres sedangkan Anies ditahan untuk tetap di DKI. Minimal untuk satu periode.
Secara strategi politik, kemungkinan ini bisa diambil oleh PDIP untuk meminimalisir  biaya politik untuk kebutuhan konsolidasi dan sebagainya.
Salah satu variabelnya adalah Anies nampak akan didukung oleh Nasdem, dan juga Gerindra. Meski relasi dengan Gerindra akhir-akhir mengendur.
Jika diperhatikan dari persona Anies, maka ini juga mungkin. Anies hingga hari ini adalah non partisan.
Membuka diri untuk digandeng dan dirangkul oleh siapa saja. Ini memang keuntungan oleh Anies, selain nilai elektabilitas yang dipunyainya. Anies memang menggoda untuk dijadikan komoditas politik unggulan.
Jadi desainnya adalah Prabowo-Puan untuk Pilpres 2024, dan Anies tetap untuk Pilkada 2024.
Pertanyaan paling pamungkas jika Anies dirangkul PDIP adalah dimana posisi Risma nantinya?
Ada beberapa kemungkinan untuk melihatnya. Bisa saja Risma dipasangkan dengan Anies di Pilkada DKI nanti---meski kemungkinannya amat kecil, atau tetap menjadi menteri jika calon PDIP terpilih nantinya.
Mengapa Risma dikesampingkan? Saya kira ada kemungkinan karena PDIP melihat gesekan yang terlalu sering jikalau Risma disodorkan, Risma menjadi sosok yang nampak belum diterima oleh pihak-pihak tertentu, dan ini membuat biaya politik PDIP akan semakin banyak untuknya.