Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kaos Koetang Sang Presiden

27 Januari 2021   18:40 Diperbarui: 27 Januari 2021   18:59 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Coutant!.Coutant" begitu teriak  Don Lopez Comte de Paris, bangsawan berdarah Spanyol-Perancis saat melihat perempuan cantik pribumi yang hanya menutup bagian bawah tubuh mereka. Dada mereka kelihatan.

Kain putih itu lalu diambil prajurit Daendels dan diberikan kepada Don Lopez. Don Lopez bingung kepada siapa coutant yang hanya satu itu diberikan.  Ah, lirikannya lalu mengarah kepada perempuan yang paling cantik. Don memang begitu.

Setelah tersemat , Don juga merapikan kain putih di tubuh yang indah itu, biar menutup secara paripurna tubuh bagian belakang dan depan si perempuan pribumi cantik. Lengan putih mulus dan ketiak dengan bulu tipisnya tetap kelihatan. Coutant.

Kata Coutant segera menjadi populer di kalangan pribumi, meski lidah mereka tak sempurna mengucapkan frasa itu. 

Akhirnya yang terdengar bukan coutant beraksen french,  namun menjadi seperti "Koetang", ya, kutang.

Sekilas cerita di atas tersurat dengan menariknya, dan begitulah cara penulis Remy Silado bernarasi akan imajinasinya di dalam novel Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil (2007), dengan latar pembangunan pos jalan Anyer Panarukan, jaman Daendels (1808 -1811).

Secara historis, koetang memang sering ditemukan dan dibicarakan pada jaman kolonial. 

Benjamin Matthes  saat menyusun kamus bahasa Makassar-Belanda berjudul Makassaarsch-Hollandsch Woordenboek met Hollandsch-Makassaarsch (1859), mengartikan  koetang sebagai borstrok - pakaian di dalam yang berbentuk seperti rompi.

Taco Roorda dan Andries de Wilde , pengarang Kamus Belanda Melayu Sunda, Nederduitsch-Maleisch en Soendasch woordenboek (1841), menyebut kutang sebagai pakaian dalam dan juga kemeja.

Artinya koetang tempo doeloe memang bukan sekedar penutup bagian dada wanita, tetapi dikenal lebih daripada itu.

Apalagi, setelah buste houder atau beha (penyangga payudara) di awal abad 19 sudah dikenal oleh banyak wanita hindia belanda, maka koetang, kaus kutang akhirnya menjadi lebih independen atau lebih lekat dengan pria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun