Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika "Gegenpressing" Lawan Politik Terus "Mengurung" Risma

23 Januari 2021   12:54 Diperbarui: 23 Januari 2021   12:55 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Sosial, Tri Rismaharini alias Risma I Gambar: humassurabaya.go.id

Hebat. Meskipun baru beberapa hari datang ke Ibukota, mantan walikota Surabaya ini terus menerus diberikan penjagaan tingkat tinggi-gegenpressing, dari lawan politik  untuk setiap geraknya.

Paling tidak dalam lima tahun terakhir taktik gegenpresing berhasil mempesona dunia sepak bola. Adalah pelatih Liverpool asal Jerman, Jurgen Klopp yang dapat dianggap menjadi pakarnya.

Klopp berhasil membuat Liverpool digdaya dengan taktik ini dan akhirnya menjadi kampiun di Premier League dan Liga Champions Eropa.

Sejatinya, gegenpressing berasal dari sebuah frasa bahasa Jerman yang apabila diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi counterpressing.  Di dalam taktik ini, tujuannya memang adalah untuk menghambat laju counterattack lawan.

Di lapangan, cara ini terlihat seperti menginstruksikan para pemain untuk tidak memberikan sejengkal ruang bagi lawan untuk berkembang ketika menguasai bola atau kehilangan bola.

Pressing ketat dilakukan man to man kepada pemain lawan, hingga lawan panik, kebingungan, dan tak mendapat ruang yang cukup untuk mengalirkan bola.

Ketika lawan tak bisa banyak bergerak, maka lawan menjadi tidak terorganisir, bola menjadi lebih mudah direbut sehingga tim menjadi lebih mudah melakukan serangan.

Saya pikir inilah yang terlihat ketika menyaksikan bagaimana Mensos, Tri Rismaharini atau Risma dijaga oleh para lawan politik.

Hal ini terlihat karena Risma menyedot perhatian, dan menerima setiap komentar dari berbagai pihak untuk apa saja yang dilakukannya.

Risma dipressing dengan begitu ketat dalam setiap pergerakannya. Blusukan di Jakarta, membantu korban bencan dengan  gaya bungkus nasi dan sebagainya dikomentari oleh lawan politik.

Ada apa gerangan? Secara politik, membacanya tentu saja diarahkan kepada proyeksi Pilgub DKI mendatang. Risma adalah calon kuat untuk saat ini yang rencananya akan diusung oleh PDI-P untuk menguasai kursi nomor satu di DKI mendatang.

Lawan politknya siapa? Lihat saja, dari mana komentar itu berasal. Terakhir, politisi PKS, Hidayat Nur Wahid (HNW) mengomentari tentang aksi bungkus nasi Risma. HNW menilai, gestur itu- membungkus nasi, bukanlah yang diinginkan dari seorang mensos.

Sebelumnya, mantan politisi Demokrat, Roy Suryo dapat disebut sebagai salah satu politisi yang paling kencang mengomentari Risma. Mulai dari blusukan di Jakarta, hingga ketika Risma lari saat mendapat gempa susulan di Mamuju, Sulbar juga dikomentari oleh Roy.

Hebat. Meskipun baru beberapa hari datang ke Ibukota, mantan walikota Surabaya ini terus menerus diberikan penjagaan tingkat tinggi untuk setiap geraknya.

Di taktik gegenpressing ala Klopp, perhatian memang diberikan khusus kepada pemain yang paling hebat dan berbahaya. Ketika Liverpool mampu menenggelamkan Barcelona, kuncinya memang bagaimana cara Klopp menginstruksikan Van Dijk dan Fabinho menjaga Messi.

Begitu juga sepertinya yang sedang dilakukan oleh lawan politik Risma. Menjaga Risma dalam setiap pergerakan blusukan, di tempat bencana, dan memberikan pekerjaan bagi tunawisma terus dilakukan dengan giat.

Sekarang ketiga gegenpressing ini dilakukan, yang perlu ditunggu oleh lawan politik Risma adalah apakah Risma atau melambat atau masih leluasa. Ukurannya tentu, popularitas dan elektabilitas Risma menurun, tetapi apakah itu akan berhasil?

Inilah yang perlu disadari oleh pengguna gegenpressing. Jika tidak sempurna mengaplikasikannya, maka akan ada ruang-ruang yang terbuka lebar yang menunjukan kelemahan dari diri sendiri.

Pemain akan terus menekan, tetapi ada ruang-ruang kosong yang dapat digunakan untuk melakukan serangan balik.

Apa maksudnya jika dibandingkan dengan strategi lawan politik Risma ini? Sebaiknya, selain melakukan pressing, lawan politik juga harus mampu mendorong sosok dari pihaknya yang mampu melakukan pergerakan yang sama seperti yang dilakukan Risma.

Maksudnya begini. Jika Risma ingin dijaga, maka lawan politik juga harus memiliki sosok jagoan yang selevel dan cepat melakukan serangan.

Perhatikan. Liverpool mampu melakukan gegenpressing bukan karena Van Dijk yang kokoh di belakang, tapi karena Salah dan Sadio Mane di depan, yang mampu menusuk ketika bola sudah direbut kembali.

Lha, sekarang memang pressing ketat dilakukan, tapi lawan politik bisa dibilang tidak mempunyai sosok yang sudah muncul di permukaan.

Jika ini lambat dilakukan, maka penilaian publik akan cenderung kepada menjelek-jelekkan atau yang negatif semata.

Malah bukan itu saja, Risma akan tetap nyaman, karena pressing ini tidak berbuah apa-apa bagi lawan politik, dan Risma akan terus mendapat perhatian publik.

Jika benar demikian, ini dapat berarti senjakala bagi gegenpressing politik yang dipakai. Mungkin lawan perlu berganti taktik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun