Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menilai 5 Poin Klarifikasi Tamrin Tomagola Soal Pandji, FPI, NU dan Muhammadiyah

22 Januari 2021   22:06 Diperbarui: 22 Januari 2021   22:14 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosiolog, Tamrin Tomagola I Gambar : Nkriku.com

Keempat, menurut Tamrin, FPI punya konsep "KIAI KAMPUNG yg pintu rumahnya terbuka 24 jam untuk Ummat kelompok MISKIN KOTA (MISKOT) di perkampungan KUMUH MISKIN (KUMIS) JAKARTA; sama seperti terbukanya 24 jam pintu rumah para Kiai NU di pedesaan Jawa dan Kalimantan;

Kelima, Tamrin meminta agar penggunaan kata-kata, seperti  "rakyat" dan "elitis" sebaiknya ditanyakan publik kepada Komika, Panji Pragiwaksono.

***

Sosiolog, Tamrin Tomagola I Gambar : Nkriku.com
Sosiolog, Tamrin Tomagola I Gambar : Nkriku.com
Apa yang bisa dinilai dari klarifikasi Tamrin ini jika dibandingkan dengan persoalan yang menimpa Pandji? Paling tidak ada 3 (tiga) poin besar yang dapat diberikan;

Pertama, Tamrin (2012) memang membandingkan antara FPI dengan NU dan Muhammadiyah. Jadi perbandingan itu sebelumnya sudah dilakukan oleh Tamrin, bukan direka Pandji sendiri.

Kedua, konteks perbandingan ini sudah dipersempit Tamrin, yakni di kawasan kumuh dan miskin Jakarta, bukan di seluruh Indonesia.

Artinya, Tamrin ingin menyampaikan bahwa FPI melakukan itu, tapi bukan berarti NU dan Muhammadiyah tidak melakukan itu.

Baca Juga : Menyoal Denny Siregar yang Menegur Pandji

Dalam poin klarifikasinya, bahkan Thamrin sudah menegaskan bahwa yang dilakukan FPI di terhadap masyarakat kawasan kumuh Jakarta, sama seperti yang dilakukan NU di pedesaan Jawa.

Ketiga, ada diksi-diksi yang dirasa Tamrin seharusnya tidak digunakan Pandji seperti "elitis", karena dirinya tidak menggunakan kata-kata itu dalam penjelasannya.

Dari klarifikasi ini, memang cukup jelas untuk menjelaskan titik persoalannya. Pandji ketika me-repeat kembali, dia tidak menggunakan konteks yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun