Wanita ini menggenggam kedua tangannya. Tatapannya nanar ke gedung tinggi yang sudah retak di hadapannya, napasnya masih terengah-engah. Dia baru usai  berlari dengan sneaker hitam putih sebagai alas kakinya. Baru saja terjadi gempa susulan. Dia tidak di Jakarta tapi di Mamuju, Sulawesi Barat.
Blusukan Menteri Sosial, Tri Rishamarini sudah bergerak lebih jauh, jauh dari kota. Â Kabupaten Mamuju dan beberapa tempat yang terdampak bencana seperti memanggilnya. Risma lekas melangkahkan kakinya, sudah terbayang di kepalanya ada korban yang perlu dibantu, segera.
Dia tak perlu bernarasi, dia beraksi. Di Mamuju, meski beberapa kali harus terdiam sejenak melihat gelagat gempa, berpindah ke tempat yang aman, tapi kaki, mulut dan gerak tangannya terus berjalan seirama.
Jari-jari tangannya terus bergerak ketika dia mendiskusikan langkah taktis dengan jajarannya. Matanya tajam berbicara kepada stafnya untuk memastikan apa yang dimintanya dimengerti dan segera dikerjakan.
Wanita berlatar teknik arsitektur ini ingin agar yang sistimatis dan runut tidak keluar dari mulut saja tapi dari tindakannya juga.
Baru datang,  dia berdialog, berdiskusi dan memutuskan langkah-langkah  taktis untuk  memastikan bahwa bantuan dapat cepat tersalurkan bagi yang membutuhkan.
Ini memang tempat dan situasi yang baru baginya.
Jika di Surabaya dia banyak mengurus tata kota, manajemen hingga dan tunawisma yang tersesat ketika mencari peruntungan di kota besar, kali ini dia mesti turun ke kampung-kampung, daerah-daerah pelosok yang mungkin baru pertama kali dikunjunginya.
***
Baru beberapa hari lalu, sesudah ditunjuk Jokowi menjadi menteri dan melakukan blusukan di Jakarta, dia diserang haters. Dia dihujat bahkan cenderung difitnah.Â