Pagi-pagi seorang teman bernama Domi nampak marah-marah dan repotnya lagi dia lalu mengajak saya untuk membincangkan situasi politik di tanah air.
Domi ini memang punya kebiasaan yang khas. Domi memilih  "sarapan" di pagi hari dengan menikmati berita politik terlebih dulu.  Ya, memang ada orang yang memilih menyantap berita politik lebih dulu daripada sarapan di pagi hari. Salah satunya Domi, mungkin saya dan mungkin juga anda.
Kembali ke Domi. Kali ini Domi tadi menyorot soal penyataan Andi Arief, politisi demokrat yang menyindir Jokowi di tengah bencana yang melanda beberapa tempat di tanah air, khususnya soal gempa yang terjadi di Mamuju dan Majene.
Dalam twitnya, Andi Arief menuliskan bahwa harus ada yang berani membangunkan Jokowi dari tidur di saat gempa. Untuk kalimat membangunkan dari tidur ini membuat Domi tersungging berat.
Domi memang Jokowi lovers, kelas berat. Dia bahkan pernah berkata siapa sih orang yang mau menghabiskan hidupnya untuk tidak mencintai presidennya sendiri. Untuk pertanyaan ini Domi rasanya jarang piknik.
"Dia (Andi Arief) pikir Jokowi itu tidak buat apa-apa kah, hanya tidur saja?"
"Dia pikir Jokowi juga robot sehingga tidak perlu tidur. Mama ee..."
"Lha, namanya politisi toh, apalagi dari oposisi, harus begitu biar ada kerja?" sambung saya, menenangkan, tapi ternyata semakin memanaskan Domi.
"Nah itu, daripada omong banyak begitu, mending dia yang pi kerja ko bantu itu orang. Ini orang ada susah, masih basindir ini"
"Nah, itu su. Dia pung kerja begitu, jadi mau bagaimana lagi. Kerja untuk hidup toh..."
"Mama ee..."
Beruntung sesudah kalimat "Mama ee..", Domi beranjak pergi.
Sebenarnya jika Domi tidak beranjak pergi maka saya yang akan beranjak pergi, karena jarang sekali dialog politik amatiran ini berlansung cepat. Bahkan jika saya sudah berhenti ngomong dan pergi, Domi masih komat-kamit sendiri. Memang ada orang yang begitu.
Ah, soal komat-kamit itu, apakah benar Andi Arief memang seperti yang dituduhkan Domi sebagai orang yang tidak ada kerja, komat-kamit tidak jelas?
Mayornya, Domi memang ada benarnya. Jokowi tidak sedang tidur. Jokowi rasanya bukan orang yang tidur di saat rakyatnya membutuhkan. Menteri Sosial, Bu Risma dan jajarannya langsung dimintanya bergerak cepat dalam memberikan bantuan dan menentukan langkah taktis lainnya.
Hanya memang, Andi Arief juga perlu untuk lebih sabar. Peristiwa bencana yang berurutan membuat semuanya perlu diatur. Sebenarnya tidak tidur, sedikit melambat untuk diatur. Melambat bukan berarti diam.
Meminta politisi untuk sabar memang seperti melamun, tapi tak mengapa, jika banyak politisi yang melamun bahkan halu, masak kita tidak berhak untuk itu?
Andi pasti tidak lupa, Jokowi ini presiden periode kedua, yang sudah pernah melewati berbagai bencana di tanah air. Untuk langkah-langkahnya di masa lalu, Jokowi bahkan pernah mendapat penghargaan di masa lalu.
Pada 2018 misalnya, Jokowi mendapat pujian dari Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Gueterres karena kecepatan pemerintah Jokowi dalam menanggulangi bencana gempa dan tsunami di Lombok dan Sulawesi Tengah.
Tapi tak mengapa, Andi Arief itu politisi oposisi dan memang itu kerjaannya. Di pagi hari seperti Domi, Andi juga menyantap berita politik terlebih dahulu, hanya Domi masih kalah, Andi itu full timer, sedangkan Domi itu freelance yang kerap emosional jika bicara soal politik.
Biasanya, memang lebih berbahaya full timer yang emosional. Bisa membuat rekan sendiri menjadi stress , dan bisa terancam terserang sakit stroke. Hanya orang kuat dan yang butuh yang melakukannya.
Hal ini terkadang bisa diatasi---agar jangan lekas strok, dengan mengubah perspektif saja. Seperti cara menenangkan pikiran Domi dengan menjelaskan bahwa Andi hanya  sedang mengerjakan tugasnya, selain itu tak masalah jika sindiran itu diterima pemerintah sebagai dorongan, motivasi.
Ada orang yang memang ingin memotivasi dan mendorong tapi salah memilih kalimat yang tepat.Â
Maklum saja, Andi bukanlah seorang  Mario teguh, ya kan?. Andi Arief mungkin sedang berusaha memberi perhatian lebih kepada pemerintah, atau sedang memberi semangat. Meski begitu ya cara ngomongnya.
Tapi harap Domi pada Andi juga ada benarnya. Semoga di tengah kerjaan sindiran pada Jokowi yang masif, Andi juga turu berperan aktif untuk membantu saudara sebangsa yang tertimpa bencana. Itu yang akan disyukuri Domi.
"Jika memang begitu, tak apa- apalah jika Andi Arief sesekali begitu" kata Domi.
"Sesekali...?" tanya saya.
Domi sepertinya masih belum paham bahwa "bekerja" itu ngabsennya harus setiap hari, kecuali libur dan cuti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H