Hampir lupa, salah satu yang menjadi teman Rocky mungkin Menhan Prabowo. Rocky bisa dianggap sebagai aset untuk membicarakan dialektika saat Pilpres 2024 nanti.
Saat Pilpres 2019 lalu, Rocky bisa dianggap sukses menjalankan tugas membicarakan sesuatu yang awing-awang dan akibatnya Prabowo kalah. Kali nanti mungkin berhasil.
Dalam hal ini, Rocky menyebutkan istilah dialektika sebagai sebuah argumen (tesa) yang harus dikritik dengan argumen lain yang oposit (antitesa) sehingga melahirkan sintesa.
Dalam hal ini, Â Rocky terus menekankan bahwa tanpa kritik, kekuasaan akan jauh dari keseimbangan (power balance) dengan tambahan bahwa tanpa keseimbangan kekuasaan, akan terjadi dominasi yang cenderung jahat.
Apakah anda mengerti? Ya sudah, singkatnya adalah Rocky akan bertindak menjadi pengkritik sebagai penguasa. Siapapun itu? Prabowo sekalipun? Hanya Rocky yang bisa menjawab.
Akan tetapi inilah titik persoalan seorang Rocky. Rocky menyebutnya sebagai filsuf tapi memberlakukan dirinya sebagai kritikus pemerintah. Persoalannya dalam setiap opini filsufnya, Rocky sering tidak menggunakan data, asal mengkritik.
Makanya jangan heran, politikus PDI Perjuangan, Eva Sundari pernah meminta untuk jangan memanggil Rocky sebagai seorang filsfu, karena tugas filsuf sebagai pencerah atau pemantikan kebijaksanaan, menjadi kegelapan kelam di diri Rocky.
Ini seperti sudah mengalir di tubuh Rocky dan sulit dihentikan. Ini akan gawat, Rocky menjadi menteri Jokowi, tetapi terus mengkritik Jokowi.
Di awal kabinetnya, Jokowi menegaskan kepada para menterinya agar jangan ada visi menteri, tetapi visi  presiden saja. Tetapi dengan kehadiran Rocky, maka kemungkinannya akan tiga akan ada visi Presiden, visi menteri dan visi Rocky.
"Apa itu visi presiden? Itu bisa jadi sebuah kedunguan, perlawanan dari akal sehat", mungkin itu kalimat pertama Rocky sesudah menjadi menteri Jokowi.
Ah, tak usah panjang-panjang lagi membahas Rocky ini, karena sesudah menjadi menteri jika ada reshuffle lagi, Rocky akan menjadi menteri pertama yang akan diganti. Ya, gara-gara terus berpikir dalam tataran "konsep" tadi.