****
Mengapa langkah untuk mengirim manusia ini menjadi penting? Saya menduga, hal ini disebabkan karena data-data situasi natural tentang Mars sudah dianggap sahih, dan tinggal trial and error dengan mengirim astronot, atau manusia untuk membuktikan kebenarannya.
Seperti yang dijelaskan oleh Scott Salomon, seorang professor biologi evolusi dari Rice University  dalam sebuah artikel di National Geographic yang yakin bahwa perlu adanya adaptasi sebelum pemukim dari Bumi berpindah ke Mars.
Salomon menganggap, Mars yang juga disebut sebagai planer merah terebut hanya memiliki 1/3 gravitasi bumi yang berartu manusia yang tingga bisa melompat lebih tinggi dan mengangkat beban lebih banyak dt sana.
Salomon akhirnya berpendapat dengan dasar itu maka akan terjadi mutasi dalam tubuh manusia imigran dari Bumi dan tentunya akan ada seleksi alam dengan warisan gen-gen pada generasi selanjutnya yang lebih siap untuk tinggal di Mars.Â
Itu baru soal tulang, belum lagi soal suhu di Mars yang bisa sangat dingin, bahkan melebihi planet bumi karena letaknya jauh dari matahari. Â
Di kutub Mars misalnya, suhu dikabarkan bisa turun drastis hingga titik terendah sekitar -140 derajat Celcius, tetapi jangan kuatir di ekuator suhu diperkirakan berkisar 20 derajat celcius.
Bayangkan saja, artinya jika harus berpindah ke Planet Mars, mungkin bule Eropa dulu yang harus duluan ke sana, orang Indonesia apalagi orang Timur seperti saya, tempatnya harus di ekuator.
Ada juga perilaku alam yang menarik di Mars, yaitu soal matahari tenggelam—syukurlah di sana matahari masih tenggelam.Â
Matahari Mars ketika tenggelam tidak berwarna merah atau oranye seperti di bumi, tetapi berwarna biru. Katanya warna ini berasal dari uraian sinar matahari oleh atmosfer.