Terakhir, di Pertamina, Erick bahkan memangkas jabatan direksi dari 11 menjadi berjumlah 6 saja.
Lalu saya membuat tulisan “canda politik” bahwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menjadi komisaris di sana mungkin marah atas tindakan Erick.
Candaan, karena saya yakin tidaklah demikian. Frekuensi Erick dan Ahok itu sama.
Bagi publik, tranparansi, efektifitas dan efesiensi menjadi kesamaan nilai keduanya.
Apalagi sebagai Komisaris Utama, Ahok yang ditunjuk Erick pasti dimintai pendapat dan pertimbangan sebelum perampingan dilakukan.
Soal frekuensi yang sama ini membuat tiba-tiba muncul pemikiran, mungkinkah Erick akan menjadi kuda hitam di ajang Pilpres 2024, dan pertanyaan terheboh adalah apakah Erick akan menggandeng Ahok untuk 2024 nanti?
Langsung saja, mari kita ulas. Untuk hal yang pertama mungkin saja terjadi.
Narasi tentang Erick for 2024 memang sudah mulai muncul riak-riaknya, namun Erick sepertinya berusaha untuk hati-hati, sehingga ketika di medsos mulai banyak grup yang berjudul “Erick Thohir for President 2024”, Erick langsung membantahnya.
Pada pertengahan April 2020 lalu, Erick membuat keterangan tertulis bahwa dirinya tidak pernah membuat akun sosial media baik di FB, Instagram ataupun Twitter yang bernama seperti Erick Thohir for Indonesia ataupun Erick Thohir for President.
Lebih lanjut, Erick bahkan menjelaskan bahwa dirinya saat ini lebih ingin untuk fokus bekerja dengan baik, mengemban tugas yang diberikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Penjelasan Erick ini bisa terbaca dari dua perspektif, Erick memang tidak ingin menjadi Presiden, atau Erick ingin menjadi Presiden tetapi tidak ingin heboh lebih dahulu pada saat ini. Saya menduganya yang kedua.