Lalu setelah saya bertanya, apa sih menarik dari acara ini. "Pembantunya lucu", "Tas yang dipakai lucu" , dan lain sebagainya. Â "Lucu?? Tuh lihat tuh, pulsa listrik berkurang 5 Kwh karena dua jam menonton yang begituan".
Bukan itu saja, seorang teman kantor pria, protes pada saya karena istrinya menghabiskan waktu di depan televisi untuk menonton acara masak-masak, orang makan yang enak-enak dan sebagainya.
"Lalu apa masalahnya, kurang waktu dengan kamu?" tanya saya.
"Bukan, persoalannya adalah makanan di rumah yang dimasak itu tidak mengalami peningkatan secara kualitas, meskipun dia menonton acara masak-masak di televisi".
"Nah, itu salah persepsi om. Kamu suka nonton bola kan? Minimal dua jam satu pertandingan, nah kualitas permainan bolamu akan semakin baik, tidak juga kan?" jawab saya, berusaha membela mama-mamak muda.
"Oh iya..ya..."
Itu baru acara memasak. Belum lagi jika dia terkejut mengetaui jika istrinya menghabiskan minimal 3 jam sehari menonton drakor, bisa stress berat dia.
Pertanyaan pamungkas. Lalu apa pentingnya kasus di keluarga Krisdayanti, Raul Lemos ini?
Jika ketika menonton ini, tentu sangat baik jikalau seusai menyaksikan konflik ini seperti mengingatkan agar kehidupan keluarga harus tetap dijaga harmonis, meski terpisah jarak dan keadaan.
Saya melihat sendiri bahwa memelihara komunikasi, keharmonisan keluarga yang terpisah, karena cerai dan sebagainya memang tidak mudah. Apalagi bagi anak, yang statusnya berubah menjadi anak tiri dan sebagainya.
Secara pribadi, saya melihat, fokus agar pertumbuhan mental anak saat berada di situasi tersebut harus menjadi perhatian, orang tua memiliki peran yang penting dan harus sabar untuk  berada di situasi seperti ini.