Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 "Kegilaan" Jika Don King Jadi Promotor Debat Luhut Vs Rizal Ramli

12 Juni 2020   14:49 Diperbarui: 12 Juni 2020   14:58 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Don King berpose bersama juara kelas berat Evander Holyfield, kanan, dan penantang Mike Tyson sebelum pertandingan ulang 1997. Selama pertarungan, Tyson terkenal menggigit bagian telinga Holyfield. Foto : AFP / Getty Images

Nama Don King tak disangka terbawa-bawa dalam narasi rencana perdebatan dengan topik utang pemerintah antara ekonom senior, Rizal Ramli (RR) dan Menko Kemenves, Luhut  Binsar Pandjaitan (LBP).

Apakah Don King yang selama ini dikenal sebagai promotor tinju tersebut mau menjadi promotor perdebatan antara RR dan LBP? Ah, Ferguso, tentu saja tidak!

Lalu mengapa Don King disinggung-singgung? Syukur Don King masih hidup, usianya sudah 88 tahun lho, jika sudah meninggal  disinggung dan tersinggung maka dirinya  bisa bangkit dari kubur lho, lalu siapa yang akan tanggung jawab?

Oke, begini ceritanya bagaimana nama Don King disebut. Perdebatan, diskusi, bincang-bincang atau apa namanya itu rencananya akan berlangsung kemarin (Kamis, 11/6/2020), tetapi Rizal Ramli tidak datang.

Kabarnya, RR ingin berdebat di depan publik, dan bahkan mematok nilai taruhannya, yaitu jika LBP kalah, menteri-menteri pada tim ekonomi harus mundur. Pihak Luhut lalu menolaklah, emoh.

Melalui Jubir Menko Maritim dan Investasi Jodi Mahardi, pihak Rizal Ramli dianggap  berlebihan dan mirip Don King saat menyampaikan tantangan melalui pihak ketiga, yakni Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi.

"Itu kan dari promotornya, kita sih nggak mau nunjuk promotor, emang petinju apa kayak Don King pakai promotor," kata Jodi Mahardi, Kamis (11/6/2020).

Jika begini terus, rencana perdebatan itu tidak akan terjadi, kecuali RR mau seperti dosen senior Fakultas Ekonomi Djamester Simarmata yang datang berdiskusi sekaligus bersilahturahmi dengan LBP. 

Tapi sudahlah, lupakan hal yang kurang penting tersebut.

Saya mengira ada hal yang lebih tidak penting tapi menarik, yakni  jika membayangkan bagaimana jadinya  jika Don King benar-benar menjelma promotor perbantahan antara RR vs LBP? 

Amazing?? No!  but it will be  Go Crazy! Maximum crazy baby!, YA, akan muncul berbagai “kegilaan” yang amazing sih menurut saya.

Saya kira paling tidak akan  ada 3 kegilaan yang bisa timbul yang didasarkan pada reputasi Don King selama dia dikenal sebagai seorang promotor.

Pertama, mengenai tempat pertarungan debat nantinya.  

Soal tempat pertarungan, maka jika Don King yang menjadi promotor, maka dirinya pasti tidak akan memilih tempat di Jakarta atau Kantor Kemenves atau bahkan aula mahasiswa. Itu terlalu sangat biasa bagi seorang Don King.

Penggemar tinju lawas pasti ingat bahwa Don King pernah membuat heboh seluruh pecinta tinju dunia dengan mepertandingkan Muhammad Ali melawan George Foreman tidak seperti biasa di Madison Square Garden, Amerika Serikat,  tetapi di benua Afrika yakni di Zaire.

Muhammad Ali dan Don King I Gambar : Dailymail
Muhammad Ali dan Don King I Gambar : Dailymail
Sesudah membuat heboh di  Zaire, saat menjadi promotor "Si leher beton" Mike Tyson, Don King memanggungkan laga di Tokyo, Jepang. Di Tokyo itulah Mike Tyson dipukul KO di ronde ke-10 oleh James Buster Douglas di tengah kejayaannya.

Nah, dari tempat-tempat yang tak biasa ini, maka jika menjadi promotor debat antara Rizal vs Luhut, bisa jadi Don King akan melakukan hal yang sama. Bisa saja dilakukan juga di Afrika, usul saya di Zimbabwe, di negara Robert Mugabe. 

Wah jangan anggap enteng tentang Zimbabwe, meski sering digunakan sebagai guyonan namun ada hal unik yang dapat dipertimbangkan di negara ini sebagai tempat pementasan perdebatan.

Salah satu adalah di negara yang bernama lain Rhodesia tersebut, pria yang memiliki perut buncit dianggap sebagai pria tampan dan kaya.

Apa alasannya? Karena pria berperut buncit dianggap dapat membeli daging setiap hari.

Nah, pas!. Ini berarti para pejabat yang (maaf) berperut buncit yang ingin menyaksikan debat pasti akan dapat  diterima dengan baik di sana. Akan menarik sekali kan?

Kedua, soal jargon atau slogan pertarungan.

Sebagai promotor---dari kata dasar promosi, pasti Don King akan berpikir keras sehingga debat ini akan menjadi perhatian semua khalayak, tua muda, kakek nenek, abg stabil labil dan sebagainya.

Nah, sekarang ini kan kurang? Tidak banyak yang tahu dan bahkan peduli akan perdebatan ini.

Semua ini dianggap buang-buang tenaga, rakyat butuh makanan saat ini dan dibantu, ini kok malah ada yang bergairah untuk berdebat ya? Lho…

Kembali ke slogan. Don King memang adalah jagonya. Saat laga Muhammad Ali melawan George Foreman, untuk menjual ke khalayak di seluruh dunia, Don King membuat slogan keren “The Rumble In the Jungle".

Lalu saat dirinya mempertemukan Muhammad Ali dengan Joe Frazier, Don King menyebut laga hebat itu dengan "Thrilla and Manila". Laga itu pada akhirnya juga disebut sebagai laga “Fight of The Century”.  Nah, Don King hebat kan soal ini?

Bayangkan saja, Don King lalu akan membuat slogan yang keren untuk laga Rizal vs Luhut. Misalnya, “Duel Menko vs Eks Menko, Siapa yang punya?”. Nah, ini salah satu contoh slogan yang tidak menarik , yang lain boleh ditambahkan sendiri sebagai usul kepada Don King yang sudah tua renta itu.

Ketiga, soal gaya hidup debaters yang dapat berubah. Ini bisa positif  bisa juga negatif.

Mike Tyson dan Don King I Gambar : Reuters
Mike Tyson dan Don King I Gambar : Reuters

Dalam catatan tentang Don King, promotor ini dianggap sebagai pihak yang merusak karir Mike Tyson. Di tangan King, Tyson dianggap tidak menjadi seorang atlet tapi gaya hidupnya perlahan berubah menjadi seperti seorang selebriti.

Gaya hidup Tyson dikabarkan berubah karena Don King dikenal dengan promotor flamboyan yang gemar pesta.  Tyson akhirnya mulai ikut-ikutan doyan pesta dan akhirnya sering absen dari sasana latihan.

Bahkan pada tahun 1988, Tyson memecat tanpa sebab pelatih lamanya, Kevin Rooney, yang sudah begitu sabar mengingatkan Tyson tentang kedisiplinan. Gemar hura-hura, Tyson akhirnya melakukan tindakan kriminal dengan memerkosa salah satu kontestan Miss America dan masuk penjara. Karirnya dianggap telah tamat sesudah kasus itu.

Don King tidak bisa mengontrol Tyson dan sebaliknya. Seharusnya ketika Tyson menggigit telinga Evander Holyfield, Don King naik ke ring dan menjewer telinga Tyson, tapi tidak dilakukannya. Ini yang banyak disesali oleh penggemar Tyson. Saya sih waktu itu megang Holyfield. 

Artinya, melibatkan Don King sebagai promotor bisa saja membuat gaya hidup para pendebat  dapat berubah. Bukan berarti maksud saya adalah nanti RR dan LBP jadi gemar berpesta, tidak sama sekali, tetapi bisa saja merubah gaya hidup atau berpolitik selanjutnya.

Bisa saja di tangan Don King, RR tidak lagi mengkritik pemerintah lagi,adem,  sedangkan LBP mungkin juga menjadi lebih tenang dan tidak nampak sibuk untuk  menghadapi segala badai kritikan. Hal itu bisa saja terjadi, jika terjadi, maka dunia akan terbalik.

Oleh karena itu, dari pemaparan yang lugas di atas, saya ingin bertanya, Apalah anda akan setuju jika Don King menjadi promotor debat nanti? Dalam imajinasi saya, saya sih setuju, tapi mungkin kondisi pandemi ini membuat Don King tidak bisa datang dari Amerika sana. Jadi ya tidak mungkin, meskipun anda ikutan saya untuk setuju.

Lagian, mungkin saja ya, Don King juga merasa debat ini sangatlah tidak penting. Lalu siapa yang menganggapnya penting? Jika ada, maka bisa melamar menjadi promotor debat. Semoga bisa sehebat Don King.

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun