Saya kira paling tidak akan  ada 3 kegilaan yang bisa timbul yang didasarkan pada reputasi Don King selama dia dikenal sebagai seorang promotor.
Pertama, mengenai tempat pertarungan debat nantinya. Â
Soal tempat pertarungan, maka jika Don King yang menjadi promotor, maka dirinya pasti tidak akan memilih tempat di Jakarta atau Kantor Kemenves atau bahkan aula mahasiswa. Itu terlalu sangat biasa bagi seorang Don King.
Penggemar tinju lawas pasti ingat bahwa Don King pernah membuat heboh seluruh pecinta tinju dunia dengan mepertandingkan Muhammad Ali melawan George Foreman tidak seperti biasa di Madison Square Garden, Amerika Serikat, Â tetapi di benua Afrika yakni di Zaire.
Nah, dari tempat-tempat yang tak biasa ini, maka jika menjadi promotor debat antara Rizal vs Luhut, bisa jadi Don King akan melakukan hal yang sama. Bisa saja dilakukan juga di Afrika, usul saya di Zimbabwe, di negara Robert Mugabe.Â
Wah jangan anggap enteng tentang Zimbabwe, meski sering digunakan sebagai guyonan namun ada hal unik yang dapat dipertimbangkan di negara ini sebagai tempat pementasan perdebatan.
Salah satu adalah di negara yang bernama lain Rhodesia tersebut, pria yang memiliki perut buncit dianggap sebagai pria tampan dan kaya.
Apa alasannya? Karena pria berperut buncit dianggap dapat membeli daging setiap hari.
Nah, pas!. Ini berarti para pejabat yang (maaf) berperut buncit yang ingin menyaksikan debat pasti akan dapat  diterima dengan baik di sana. Akan menarik sekali kan?
Kedua, soal jargon atau slogan pertarungan.