Saya kira, penjelasan singkat dari  penyelenggara survey yang adalah Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi cukup jelas dan sangat membantu.
Burhanuddin mengatakan bahwa survey di saat pandemi Covid-19 bisa saja adalah gambaran bagi para elit atau kepala daerah, seberapa besar mereka dapat menarik perhatian publik dengan kebijakan-kebijakan mereka dalam menangani pandemi Covid-19.
"Pandemi ini bisa menjadi lahan bagi kepala daerah untuk menunjukkan taringnya," ujar Burhanuddin, pada Minggu, 7 Juni 2020.
Ini sangat logis khususnya untuk menganalisa tren penurunan elektabilitas Prabowo. Dimana Prabowo saat pandemi?
Pada Februari lalu, Prabowo lumayan mendapat perhatian ketika ikut mengurus transportasi APD dari negara lain seperti China dengan menggunakan kendaraan militer, tetapi sesudah itu tenggelam, sepi.
Yang paling menarik sebenarnya membahas mengapa Ganjar melewati Anies. Jika memakai patokan dari Burhanuddin, maka analisis yang dapat dikemukakan adalah Ganjar lebih baik dari Anies soal kebijakan-kebijakan yang diambil selama pandemi covid-19.
Jika melihat secara sekilas bisa saja benar demikian. Saya tentu tidak mau menyinggung tentang data disini, dengan membanding-bandingkan data pandemi dan lain sebagainya, karena menurut saya itu tidak cocok karena karakteristik kedua daerah berbeda.
Hanya, Â jika melihatnya dari sisi keaktifan, maka Ganjar terlihat lebih aktif. Ganjar terlihat lebih sering turun ke lapangan dibandingkan Anies. Bahkan seorang teman mengatakan bahwa Anies lebih sering mengadakan konferensi pers daripada turun lapangan.
Sebagian besar responden mungkin melihat hal yang sama sehingga membuat angka elektabilitas Ganjar naik pesat dan mengungguli Anies.
Jika ada yang bertanya, apakah ini akan mengurangi peluang Anies dalam Pilpres 2024 nanti? Saya akan menjawab bahwa ini terlalu jauh, meski tak ada salahnya untuk dicermati.
Anies bertahan saja dalam tiga besar menunjukan bahwa Anies tetap adalah sosok yang akan terus diperhitungkan.