Kondisi pandemi yang baru dialami oleh dunia saat ini, memang membuat banyak negara memang gagap untuk menghadapinya karena karakteristik negara yang berbeda. Baik itu geografis, budaya dan penduduknya.
Pemerintah perlu masukan atau saran untuk mempertimbangkan kebijakan selanjutnya sehingga dapat lebih baik dalam implementasinya.
Kedua, soal Luhut Pandjaitan. Faisal mempertanyakan siapa yang jadi komandan (penanganan pandemi) apakah Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, atau siapa?
Faisal sepertinya mempermasalahkan Luhut yang terlalu sering memberikan komentar saat pandemi ini, khususnya mengenai kebijakan ojol, dan larangan mudik.
Baca Juga : Â Mengapa Faisal Basri Mengatakan Luhut Lebih Berbahaya dari Corona?
Secara sepintas, Faisal memang "hobby" mengutak-atik Luhut. Â Sebelumnya Faisal pernah menyebut Luhut lebih berbahaya dari COVID-19, lewat akun Twitternya.
Akan tetapi, tak mengapa jika memulai membahas hal ini dengan sebuah pertanyaan. Apakah ada persoalan besar jikalau Luhut mengambil posisi "komandan" seperti yang dikatakan?
Kekuatiran paling nyata adalah dualisme keputusan. Ini sudah terlihat saat polemik Permenhub, Pergub dan Permenkes soal ojek online atau ojol, meskipun pada akhirnya sudah diselesaikan dan telah diimplementasikan.
Sebenarnya tidak ada persoalan besar soal  yang dimaksud Faisal. Persoalan ojol dan mudik memang berkaitan erat dengan tugas  Luhut Pandjaitan yang juga menjabat sebagai ad interim Menteri Perhubungan.
Jikalau ditinjau dari porsi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo yang disangka diambil alih oleh Luhut, maka tidak sepenuhnya benar. Berbeda dengan Luhut, Monardo dan jajarannya sering memberikan keterangan pers yang sifatnya lebih formal.
Hanya persoalannya, harus diakui Luhut kerap nyeletuk soal hal-hal yang tidak berkaitan dengan tugasnya, sehingga menimbulkan misinterpretasi di tengah masyarakat . Mungkin ini yang mesti perlu untuk dievaluasi.