Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pedagang Pisang dan Hoaks Sebelum Paskah

12 April 2020   20:34 Diperbarui: 12 April 2020   21:06 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Pedagang Pisang I gambar : TribunTimur

Itu baru pisang, bagaimana dengan rumah makan ketika orang-orang lebih memilih masak di rumah seadanya. Apalagi perkantoran juga tidak beraktivitas. Memang ada efek domino kemana-mana gara-gara situasi di tengah wabha covid-19 ini.

******

Kamis sore. Keadaan berubah 180 derajat, ada hoaks bahwa orang tidak boleh keluar rumah dari Jumat sampai Minggu karena Covid-19 akan memuncak atau apalah namanya.

Syukur kepada pembuat hoaks, pasar dan lapak pisang itu ramai lagi dengan para pembeli, bahkan sangat ramai. 

Saya kebetulan juga mendapat terusan hoaks tersebut di WA. Dibuat dengan cukup rapi, seperti poster bukan hanya teks. Kamis sore hingga malam, terjadi panik , pasar menjadi ramai. Para pedagang pisang itu keheranan, ada apa ini? Tapi ya sudahlah, mereka juga bergembiran karena pisang-pisang itu laku lagi.

Hoaks 3 hari harus di rumah itu, memang membawa berkah bagi para pedagang di pasar.

Setelah saya bincang-bincang dengan beberapa orang tentang hoaks tersebut, mereka mengatakan hoaks itu ada sisi positifnya, agar orang Kupang bisa khusyuk tinggal di rumah merenungkan Jumat Agung hingga merayakan minggu paskah.

Hari ini, seusai ibadah paskah di rumah, saya ke pasar lagi,  ke tempat para pedagang pisang itu. Mama-mama yang melamun itu masih melamun, bapak-bapak juga masih asyik main catur. Kali ini gayanya beda, menepuk-nepuk kepalanya, kayak Utut Adianto melawan Susanto Megaranto. Ah, sudahlah daripada mereka harus melamun, lalu gila sendiri.

"Pisang berapa mama?"

"7000 kaka..."

"Wee..su naik lai ee..?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun