Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gawat, Sahabat Jokowi, Raja Salman Harus Menyelamatkan Diri dari Covid-19

10 April 2020   22:15 Diperbarui: 10 April 2020   22:31 3347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi tiba di Riyadh, Arab Saudi untuk menemui Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud, Ahad (14/4/2019). Foto: dok. Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden

Kasus pertama terinfeksi covid-19 di Arab Saudi yang diakui kerajaan adalah seorang Saudi yang telah pulang ke rumah setelah mengunjungi Iran. Sebelum kasus ini terjadi, pemerintah Arab Saudi  sudah sangat berhati-hati bahkan menutup tempat suci di Mekah dan Madinah.

Jika tempat suci saja ditutup, apalagi yang lain. Sesudah itu, semua kota besar di Arab Saudi diberlakukan lockdown,  dengan perjalanan udara dan darat, baik antar provinsi maupun ke luar telah dihentikan.

Kebijakan tersebut diharapkan  akan berdampak positif dengan penuran data penyebaran, namun ternyata tidak. Per hari ini, Worldodometer melaporkan di Arab Saudi, jumlah kasus positif telah mencapai 3,651 kasus dengan 47 orang meninggal dunia.

Baca Juga : WHO Balik Marahi Donald Trump : Kami Buta Warna dan Tolong Karantina Politik Covid-19

Kerajaan Saudi bertambah geger, karena dilaporkan  sebanyak 150 bangsawan kerajaan Saudi dilaporkan tertular virus corona atau Covid-19. Kekuatiran Kerajaan tentang cepatnya covid-19  menyebar dilandasi oleh dua alasan.

Pertama, terpaparnya 150 orang bangsawan tersebut dikuatirkan akan mempengaruhi 15.000 anggota kerajaan lainnya secara cepat, karena berbagai acara bersama yang masih dilaksanakan.

Dikonfirmasi bahwa dari daftar 150 orang tersebut, ada nama emir (gubernur) ibu kota Riyadh sekaligus Pangeran Saudi, Faisal bin Bandar bin Abdulaziz Al Saud. Pangeran Faisal sekarang dalam perawatan intensif oleh rumah sakit elit di Saudi.

Saat ini Rumah Sakit Khusus Raja Faisal sebanyak 500 ranjang pasien dipersiapkan untuk merawat para anggota kerajaan dan orang-orang terdekat mereka. "Perintahnya adalah untuk mempersiapkan bagi orang-orang penting dari seluruh negeri," demikian isi surat dari pengelola RS Raja Faisal.

Kedua, kekuatiran bahwa Raja Salman yang telah lanjut usia juga dapat terinveksi Covid-19.  Raja Salman telah berusia 84 tahun dan tentu sangat berisiko jika tertular Covid-19.

Tak mau mengambil resiko lebih jauh, Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) telah mengasingkan diri di sebuah istana pulau dekat kota Jeddah di Laut Merah untuk menghindari wabah.

Situasi ini diperkirakan terjadi karena seringnya keluarga kerajaan termasuk ribuan pangeran yang melakukan perjalanan rutin ke Eropa dan dikuatirkan  telah membawa virus sekembalinya dari perjalanan tersebut.

Baca Juga : Soal PSBB dan Lockdown, Jokowi Lebih Taktis dari Presiden Turki, Erdogan

***

Jika bicara virus, maka harta  bahkan bisa tidak berarti apa-apa. Majalah Forbes pada 2015 pernah merilis bahwa total kekayaan keluarga Kerajaan Arab Saudi mencapai US$ 1,4 triliun atau sekitar Rp 18.620 triliun.

Belasan ribu bangsawan Saudi dikenal kaya, dengan sekitar 2.000 orang diantaran termasuk super kaya dan dipercaya mengelola kekayaan keluarga. Misalnya, Pangeran Al-Waleed bin Talal, merupakan pemegang harta paling besar di Keluarga Raja Arab Saudi dengan  harta US$ 28 miliar (Rp 372 triliun).

Maka tak heran, ketika Arab Saudi mulai dimasuki Corona, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tak segan untuk  memerintahkan kerajaan agar segera menyumbang USD10 juta atau lebih dari Rp143 miliar kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Donasi sang raja yang besar tersebut untuk membantu memerangi COVID-19, termasuk menjaga agar Arab Saudi "aman".

Hanya sekali lagi, uang pada saat ini bukanlah segala-galanya. Sekarang Raja Salman, yang juga adalah sahabat Jokowi itu, harus menyingkir atau mengasingkan diri. Fenomena bahwa keluarga kerajaan juga rentan terpapar covid-19 membuat hal itu dirasa harus segera dilakukan.

Hanya data terakhir menunjukan bahwa wabah di Saudi akan sangat mungkin menyebar lebih cepat di golongan  miskin Arab, termasuk para buruh dari Asia Tenggara, yang jumlahnya tak sedikit.

Mereka hidup di kondisi-kondisi yang ideal untuk penularan virus seperti berdesakan bersama di pemukiman padat sehingga tidur berdesakan. Oleh karena itulah, tak heran  Menteri Kesehatan Tawfiq al-Rabiah mengatakan bahwa pandemi ini baru saja dimulai di Arab, bisa mencapai 200.000 kasus jika tak ditangani dengan baik.

Tentu bukan berita baik  bagi Kerajaan dan Raja Salman.

Referensi : 1 - 2 - 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun