Kasus pertama terinfeksi covid-19 di Arab Saudi yang diakui kerajaan adalah seorang Saudi yang telah pulang ke rumah setelah mengunjungi Iran. Sebelum kasus ini terjadi, pemerintah Arab Saudi  sudah sangat berhati-hati bahkan menutup tempat suci di Mekah dan Madinah.
Jika tempat suci saja ditutup, apalagi yang lain. Sesudah itu, semua kota besar di Arab Saudi diberlakukan lockdown, Â dengan perjalanan udara dan darat, baik antar provinsi maupun ke luar telah dihentikan.
Kebijakan tersebut diharapkan  akan berdampak positif dengan penuran data penyebaran, namun ternyata tidak. Per hari ini, Worldodometer melaporkan di Arab Saudi, jumlah kasus positif telah mencapai 3,651 kasus dengan 47 orang meninggal dunia.
Baca Juga :Â WHO Balik Marahi Donald Trump : Kami Buta Warna dan Tolong Karantina Politik Covid-19
Kerajaan Saudi bertambah geger, karena dilaporkan  sebanyak 150 bangsawan kerajaan Saudi dilaporkan tertular virus corona atau Covid-19. Kekuatiran Kerajaan tentang cepatnya covid-19  menyebar dilandasi oleh dua alasan.
Pertama, terpaparnya 150 orang bangsawan tersebut dikuatirkan akan mempengaruhi 15.000 anggota kerajaan lainnya secara cepat, karena berbagai acara bersama yang masih dilaksanakan.
Dikonfirmasi bahwa dari daftar 150 orang tersebut, ada nama emir (gubernur) ibu kota Riyadh sekaligus Pangeran Saudi, Faisal bin Bandar bin Abdulaziz Al Saud. Pangeran Faisal sekarang dalam perawatan intensif oleh rumah sakit elit di Saudi.
Saat ini Rumah Sakit Khusus Raja Faisal sebanyak 500 ranjang pasien dipersiapkan untuk merawat para anggota kerajaan dan orang-orang terdekat mereka. "Perintahnya adalah untuk mempersiapkan bagi orang-orang penting dari seluruh negeri," demikian isi surat dari pengelola RS Raja Faisal.
Kedua, kekuatiran bahwa Raja Salman yang telah lanjut usia juga dapat terinveksi Covid-19. Â Raja Salman telah berusia 84 tahun dan tentu sangat berisiko jika tertular Covid-19.
Tak mau mengambil resiko lebih jauh, Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) telah mengasingkan diri di sebuah istana pulau dekat kota Jeddah di Laut Merah untuk menghindari wabah.
Situasi ini diperkirakan terjadi karena seringnya keluarga kerajaan termasuk ribuan pangeran yang melakukan perjalanan rutin ke Eropa dan dikuatirkan  telah membawa virus sekembalinya dari perjalanan tersebut.