Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan akhirnya mendapat wakil gubernur. Setelah terkatung-katung demikian lama, hari ini Ahmad Riza Patria  dari Gerindra terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk mendampingi Anies.
Dalam Rapat Paripurna (Rapur) Pemilihan Wagub yang dilaksanakan di gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (6/4/2020), sebanyak 100 anggota dewan menggunakan hak pilihnya.
Dari pemiihan tersebut, Riza Patria unggul atas Nurmansjah Lubis dari PKS.  Riza menang telak  dengan perolehan suara sebanyak 81. Sedangkan Nurmansjah mendapat perolehan suara 17. Suara tidak sah sebanyak 2.
Sebenarnya banyak pengamat yang sebelumnya sudah memprediksi bahwa A Riza terpilih sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, hanya pertanyaan aktualnya adalah apakah Riza Patria akan menjadi mitra yang baik dari Anies?
Jika memakai kacamata politik, maka pertanyaannya dapat diubah menjadi apakah Riza Patria akan menjadi mitra atau lawan dalam mendukung asa Anies menjadi Presiden pada 2024 nanti?
Sepeninggal Sandiaga Uno, Anies tampil sebagai aktor utama, tanpa aktor pendukung, di sekelilingnya nampak hanya sebagai figuran.Â
Sebuah hal yang tentu berdampak positif bagi Anies namun juga tak sedikit kerugiannya.
Dalam konteks pencitraan, Anies akan nampak powerful, apalagi jika ada keberhasilan-keberhasilan yang dapat dicapainya. Di sisi lain, Anies akan dihajar habis-habisan ketika ada kesalahan yang nampak jelas dilakukannya.
Namun, Anies dapat bergembira dalan situasi tersebut, karena kapal dengan satu nahkoda lebih baik daripada berpotensi dipimpin oleh dua nahkoda. Apa pasalnya? Anies mendapat noise yang lebih sedikit dari internal ketika dia memimpin sendirian, apalagi jika ada agenda khusus yanghendak diaturnya.
Misalnya, Anies bisa dengan mudah mengatur kebijakan-kebijakan Pemrov dan juga dapat mengatur anggaran tanpa perlu berdiskusi untuk menyilangkan kepentingan dengan Wagub. Dengan karakternya yang terkesan cuek, utak-atik tentang itu menjadi keleluasaan yang nampak luas baginya.
Jika berhasil " Gubernur rasa Presiden mengapung", jika gagal "Gubernurnya kerepotan kerja sendiri". Sesuatu yang hari demi hari dinikmatinya.
Semua ini nampak pas, karena Anies rasanya lebih senang menjadi "matahari" sendirian di DKI, sebuah strategi politik yang memang nampak jelas menjadi identitasnya.
Dalam konteks inilah, Riza Patria bisa dianggap sebagai momok dibandingkan menjadi sokongan dibandingkan apabila Nuharmansjah yang terpilih.
Alasannya bukan sekedar Gerindra yang lebih kuat dan fleksibel dari sisi politik dibandingkan PKS namun juga karena figur yang berbeda.
Di Gerindra, Riza Patria adalah juru bicara Gerindra. Gaya berbahasanya juga terkenal santun tetapi dengan kait mengait politik yang kental, dapat dikatakan sebelas dua belas dengan gaya berkomunikasi Anies.
Maka tak heran, ketika head to head dengan Nuharmansjah, calon PKS itu mengatakan bahwa "saya adalah seorang akuntan", sedangkan Riza Patria mengatakan bahwa "saya tahan dengan kritik". Dua model yang berbeda, dan mudah dimengerti secara politik.
Ini berarti, Riza Patria  bukanlah orang yang akan mudah untuk diatur oleh Anies dan tentu ada misi Gerindra yang besar ketika mengirimkannya untuk menjadi orang nomor dua di DKI Jakarta.
Dalam sebuah acara di Februari lalu, Anies mengatakan bahwa dirinya sudah kerap bertemu dengan Riza Patria. Ya, memang keduanya memang kerap bertemua apalagi  pernah berada dalam organisasi yang sama. Namun alangkah naif melihat pernyataan ini secara linear.
Menarik melihat cara pengamat politik Hendri Satrio mengomentari Anies yang mengatakan dirinya kerap bertemu dengan Riza Patria di berbagai acara ini.
Ada dua kemungkinan kata Hendri Satrio dari pernyataan Anies ini. Pertama, makna positif. Anies dinilai happy dengan keberadaan Riza. Â "Artinya si Mas Anies happy dengan keberadaan Pak Riza, kan bisa diartikan macam-macam," kata Hendri , Jumat (7/2/2020).
Kedua, makna negatif. Hendri menilai, pernyataan itu bukan berarti Anies menginginkan Riza sebagai pasangannya. Sebab, menurut dia, Anies akan lebih memilih wagub yang tak memiliki asa menjadi gubernur.
"Kalau kemudian anies bilang dia lebih sering ketemu, nah itu belum berarti bahwa Anies sudah menginginkan Riza Patria karena yang diinginkan Anies menurut saya adalah wakil gubernur yang save buat dia juga. artinya si wakil gubernur ini tidak ingin menjadi gubernur suatu saat nanti. Jadi Anies ini memilih wagub yang tidak punya asa begitu," ujar Satrio, pada  Februari lalu.
Kemungkinan kedua akan lebih dapat diterima. Tak ada kawan dan lawan politik yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan.
Untuk itulah, bisa jadi Riza Patria adalah seorang agen. Â Riza disiapkan Gerindra menjadi suksesor Gubernur dan di saat yang sama membantu misi besar dari Gerindra.
Gerindra sampai sekarang masih berharap agar sang Ketua Umum, Prabowo Subianto menjadi Presiden pada  2024 nanti dan menurut survey Indobarometer, Anies adalah lawan terberat Prabowo nantinya di 2024.
Apa artinya? Riza Patria harus menjadi agen yang nampak bukan hanya sebagai follower Anies, tetapi juga harus berani melakukan jegalan jika diperlukan.
Petinggi Gerindra, Desmond Mahesa pernah mengatakan bahwa berdasarkan surve ini, jika harus memilih maka dia akan memilih  Prabowo menjadi Presiden dan Anies menjadi Wapres.Â
Mendesain hal itu sejak sekarang terlalu beresiko dari kacamata politik, dan cenderung akan diisi dengan kepura-puraan semata.
Artinya, memberi ruang seluas-luasnya kepada Anies berimprovisasi tanpa kontrol Riza Patria, membuat urut-urutan analisa Gerindra seperti kata Desmond akan bisa berbalik nanti, bahkan salah satu harus terlempat, dikhianati dan lain sebagainya, sesuatu yang wajar dalam dunia perpolitikan.
Artinya, Riza Patria rasanya tak akan segan melakukan tackle kepada Anies jika diperlukan. Memang, harapannya adalah warga Jakarta akan lebih baik terlayani dengan terpilihnya Riza Patria, namun terlalu sederhana  dan naif jika hanya melihat  dari sisi itu.
Dari kacamata politik, terpilihnya Riza Patria ini akan menarik sekali untuk diamati, terutama untuk melihat gerak Anies selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H