Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Ganja Dapat Menyembuhkan Pasien Virus Corona?

27 Maret 2020   10:17 Diperbarui: 27 Maret 2020   15:09 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum ditemukannya obat dan vaksin untuk virus corona  membuat banyak orang suka membuat sensasi dan spekulasi. Karena itu, pemerintah terus berusaha menjelaskan tentang hal ini, apalagi jika sudah berkembang di tengah masyarakat secara luas dan berpotensi dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Mulai dari alkohol, bawang putih, dan terakhir ganja. Soal ganja ini, bahkan menjadi-jadi karena dipaparkan secara langsung oleh seorang ilmuwan asal Aceh.

Adalah Profesor Musri Musman, peneliti ganja dari Universitas Syah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, Aceh yang meyakini bahwa ganja berpotensi menjadi obat penangkal virus Corona. Lebih ilmiah, Musri menjelaskan bahwa kemampuan ini disebabkan ganja memiliki kandungan senyawa atau ekstrak bernama Cannabidiol atau CBD. CBD dinilai mampu menghentikan pengeluaran antibodi berlebihan.

Musri lantas menyebut, bahwa pada penyakit asma, herpes dan paru-paru, kandungan ekstrak ganja mampu mereduksi penyakit tersebut sehingga memberikan kesembuhan. Karena itulah Musri yakin pola kerja ekstrak ganja terhadap virus Corona juga akan sama seperti itu.

Hanya persoalannya  Musri belum meneliti sendiri kemampuan ekstrak ganja untuk mengobati COVID-19 , namun dia tetap meyakini teorinya tersebut dengan  berpedoman terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap sejumlah penyakit.

Bagaimana Sampai Teori Tentang Ganja Sebagai Anti Corona Berkembang?

Gambar : Kominfo
Gambar : Kominfo

Isu tentang penggunaan ganja sebagai obat covid-19 memang bukan isu baru dan sudah berkembang sebulan terakhir. 

Dari jejak digital, pada awal Februari sudah beredar konten bahwa Ganja digunakan sebagai obat virus corona di Thailand. Konten tersebut akhirnya dianggap sebagai misleading content karena sebenarnya berita tersebut mewartakan bukan penggunaan ganja namun obat anti flu dan juga anti HIV oleh pemerintah Thailand.

Soal ganja dan virus corona juga menjadi berita menarik dari Belanda. Diberitakan bahwa warga Belanda  malah banyak yang mengantri di depan toko-toko yang menjual ganja di saat isu lockdown untuk menghindari penyebaran COVID-19 di Negeri Kincir Angin tersebut.

Apakah sebagai pengobatan covid-19? Bukan. Dari berita tersebut ternyata pembelian ganja bukan digunakan untuk melawan covid-19, tetapi untuk menjaga agar stamina para penggunanya tetap terjaga saat menghabiskan waktu di masa lockdown jadi memang bukan sebagai pengobatan covid-19. Beberapa anak muda membelinya agar bisa bermain playstation atau menonton film dalam jangka waktu yang lama.

Sebenarnya di Eropa, para pakar kesehatan juga tidak membenarkan bahwa ganja dapat menyebuhkan corona-19. Dilansir dari healtheropa,  pakar kedokteran integratif, Dr Dani Gordon, mengatakan bahwa masih belum jelas hubungan antara ganja dan  dan efeknya pada virus corona.

Gordon juga mengatakan bahwa medis Eropa belum memiliki penelitian yang menunjukkan bahwa ganja  berdampak pada virus corona, meskipun memang ada beberapa penelitian yang menarik tentang penggunaan ganja secara medis  dan penggunaannya sebagai  pengembangan dari penanganan HIV.

Gordon juga menjelaskan bahwa meski di media sosial, banyak pendukung ganja telah mengklaim bahwa mereka meningkatkan kekebalan mereka dengan terhadap semua virus dengan menggunakan ganja, namun sebagai pakar dirinya akan memberi tahu orang-orang fakta dan benar-benar jujur tentang apa yang tidak kita ketahui.

Artinya menurut Gordon tidak perlu memaksakan  kebenaran atau membuat klaim yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, setidaknya saat ini ketika dunia sedang berusaha memerangi pandemi covid-19.

Dari apa yang dijelaskan oleh Gordon, ada hal yang dapat dipelajari bahwa banyak orang yang memang ingin jadi pahlawan menjadi penemu vaksin atau obat covid-19 dan menyelamatkan umat manusia. Akan tetapi alangkah baiknya jika itu juga diseimbangkan dengan informasi yang aktual dan faktual. Jika belum terbukti, mungkin harus sabar menunggu hingga penelitian menunjukan buktinya agar tidak menjadi hoaks.

Selebihnya, soal kekebalan tubuh, seperti yang sudah dihimbau oleh berbagai para pakar kesehatan, cara terbaik untuk  mendukung kekebalan kita adalah menghindari makanan yang tidak bergizi, dan tetap aktif berolahraga, melakukan latihan meditasi atau relaksasi sederhana untuk mengurangi hormon stres.

Mengkonsumsi makanan kaya mikronutrien, seng, dan vitamin C dan tidur yang cukup dan sehat  adalah hal yang baik untuk dimulai sekarang. Melatonin, hormon yang terbentuk saat tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.

Menjaga emosi stress juga penting, karena tawa dapat memiliki efek positif pada sistem kekebalan tubuh kita juga. Meskipun resiko terkena covid-19 tetap ada, namun kabar baiknya adalah orang yang memiliki pola hidup sehat akan lebih mudah untuk memulihkan diri.

Semoga kita semua janga mudah termakan hoaks dan saling menjaga diri dengan pola hidup sehat di masa pandemi covid-19 ini.

Referensi : 1 -2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun