Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengerikan, Spanyol Sudah Lampaui Angka Kematian China Akibat Covid-19

26 Maret 2020   09:16 Diperbarui: 26 Maret 2020   10:25 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anggota dari militer Spanyol berbicara dengan dua polisi di Madrid, pada 24 Maret 2020, di tengah wabah virus corona.(REUTERS/JUAN MEDINA)

"Karakter Spanyol tidak percaya krisis akan datang, Begitu Anda melihat orang-orang mati, itulah saat Anda bereaksi - tetapi saat itu sudah terlambat." kata Cinta Moro, seorang dokter di Kota Sevilla.

Mengerikan, Spanyol sudah menyusul China dengan angka kematian Covid-19 yang sangat banyak.

Dilansir  AFP, Kamis (26/3/2020), otoritas kesehatan Spanyol, pada Rabu (25/3) waktu setempat, mengumumkan 738 kematian baru dalam sehari. Artinya jumlah kematian di wilayah Spanyol  bertambah menjadi 3.434 orang. Jumlah ini membuat Spanyol telah melampaui jumlah total korban meninggal di wilayah China dengan 3.281 orang.

Ini berarti Spanyol kini berada di posisi kedua setelah Italia dengan korban meninggal terbanyak di dunia dengan  jumlah kasus disana sudah mencapai 47.610 kasus.

Perkembangan Kasus Corona di Spanyol

Jika diperhatikan bagaimana garis waktu perkembangan kasus ini, sebenarnya Pemerintah Spanyol telah mengkonfirmasi kasus pertama coronavirus pada 31 Januari di Kepulauan Canary, yang terletak di sebelah barat Maroko.

Pada hari yang sama pula, orang-orang Spanyol dievakuasi dari Wuhan, Cina - di mana Covid-19 pertama kali muncul - tiba di Madrid. Sembilan hari kemudian, kasus lain dilaporkan, kali ini di pulau Mallorca.

Kasus positif pertama covid-19  di daratan Spanyol terjadi pada 26 Februari, termasuk di dua kota yang paling penting,  Madrid dan Barcelona. Saat itulah kepala rumah sakit umum terbesar di Spanyol mengatakan kepada Departemen Kesehatan tes lebih lanjut seharusnya dilakukan, dan harus sesegera mungkin."

Sayangnya, Pemerintah Spanyol terkesan tidak siap untuk menghadapi perkembangan kasus tersebut.  Pada awalnya,  Rapid test seperti sesuatu yang mudah dikatakan tetapi susah untuk dilakukan di Spanyol.

"Sistem [perawatan kesehatan] tidak siap untuk keseriusan apa yang akan datang," Hingga setidaknya seminggu yang lalu, kami tidak dapat melakukan PCR [tes diagnostik] untuk coronavirus tanpa meminta izin. Saya bisa memesan PCR untuk flu, tetapi tidak untuk coronavirus. " kata seorang dokter di rumah sakit di Selatan Spanyol, seperti dilansir dari Surat kabar El Pas.  

Dikabarkan juga pada awal kasus mulai mewabah, rumah sakit besar, termasuk yang di Madrid, tidak dapat memproses lebih dari 400 tes sehari untuk covid-19 . "Kami ingin menguji semua orang tetapi dengan kemampuan diagnostik dan jumlah kit yang kami miliki, itu tidak mungkin," kata Rafael Cantn, kepala mikrobiologi di rumah sakit Ramn y Cajal kepada El Pas.

Kabar terakhir, untuk mengatasi persoalan ini , Menteri Kesehatan Spanyol Salvador Illa menyatakan pemerintah telah menandatangani kesepakatan besar senilai 432 juta Euro dengan China. Kesepakatan itu mencakup bantuan masker sebanyak 550 juta unit, alat rapid test sebanyak 5,5 juta unit, kemudian 950 unit alat bantu pernapasan dan 11 juta pasang sarung tangan.

Budaya dan Politik Sebagai Alasan Covid-19 Mudah Menyebar di Spanyol?

Ada hal penting yang dapat  dianalisa sebagai penyebab bagaimana covid-19 dapat berkembang dengan demikian cepatnya. Dikatakan bahwa ada dua aspek gaya hidup Spanyol yang mencakup budaya dan politik yang  mempersulit respons publik terhadap penyebaran covid-19.

Pertama, negara ini memiliki budaya larut malam yang tertanam dalam, dengan semua orang tinggal larut malam untuk nongkrong di bar atau hanya makan malam. Kedua, paranoia yang berasal dari kediktatoran yang telah berlangsung puluhan tahun di Spanyol menciptakan gesekan yang jelas antara publik dan penegak hukum.

Jika diperhatikan aspek  pertama maka hal ini mirip sekali dengan yang terjadi di Italia sehingga mempersulit social atau physical distancing diterapkan disana, faktor kedua lebih kepada arah sejarah perpolitikan yang membuat pemerintah akan bertindak hati-hati ketika harus bergesekan dengan masyarakat.

Sayangnya, dua alasan tersebut ditengarai sebagai alasan sehingga Perdana Menteri Pedro Spanyol pada awal kasus terkesan menolak dan terlambat untuk menghentikan pertemuan besar seperti pertandingan sepak bola dan demonstrasi politik.

Spanyol terus berjuang, serta melakukan apa yang harus dilakukan. Hari ini, Perdana Menteri Sanchez sudah memaklumatkan 15 hari lockdown di seluruh bagian negara.

Entah sampai kapan Spanyol terus berjuang di tengah wabah ini. Akan tetapi, bagi negara di belahan dunia lain yang sedang berhadapan dengan covid-19, cerita Spanyol dan Italia dapat menjadi pelajaran berharga termasuk bagi Indonesia.

Referensi : 1 - 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun