Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengerikan, Spanyol Sudah Lampaui Angka Kematian China Akibat Covid-19

26 Maret 2020   09:16 Diperbarui: 26 Maret 2020   10:25 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anggota dari militer Spanyol berbicara dengan dua polisi di Madrid, pada 24 Maret 2020, di tengah wabah virus corona.(REUTERS/JUAN MEDINA)

Dikabarkan juga pada awal kasus mulai mewabah, rumah sakit besar, termasuk yang di Madrid, tidak dapat memproses lebih dari 400 tes sehari untuk covid-19 . "Kami ingin menguji semua orang tetapi dengan kemampuan diagnostik dan jumlah kit yang kami miliki, itu tidak mungkin," kata Rafael Cantn, kepala mikrobiologi di rumah sakit Ramn y Cajal kepada El Pas.

Kabar terakhir, untuk mengatasi persoalan ini , Menteri Kesehatan Spanyol Salvador Illa menyatakan pemerintah telah menandatangani kesepakatan besar senilai 432 juta Euro dengan China. Kesepakatan itu mencakup bantuan masker sebanyak 550 juta unit, alat rapid test sebanyak 5,5 juta unit, kemudian 950 unit alat bantu pernapasan dan 11 juta pasang sarung tangan.

Budaya dan Politik Sebagai Alasan Covid-19 Mudah Menyebar di Spanyol?

Ada hal penting yang dapat  dianalisa sebagai penyebab bagaimana covid-19 dapat berkembang dengan demikian cepatnya. Dikatakan bahwa ada dua aspek gaya hidup Spanyol yang mencakup budaya dan politik yang  mempersulit respons publik terhadap penyebaran covid-19.

Pertama, negara ini memiliki budaya larut malam yang tertanam dalam, dengan semua orang tinggal larut malam untuk nongkrong di bar atau hanya makan malam. Kedua, paranoia yang berasal dari kediktatoran yang telah berlangsung puluhan tahun di Spanyol menciptakan gesekan yang jelas antara publik dan penegak hukum.

Jika diperhatikan aspek  pertama maka hal ini mirip sekali dengan yang terjadi di Italia sehingga mempersulit social atau physical distancing diterapkan disana, faktor kedua lebih kepada arah sejarah perpolitikan yang membuat pemerintah akan bertindak hati-hati ketika harus bergesekan dengan masyarakat.

Sayangnya, dua alasan tersebut ditengarai sebagai alasan sehingga Perdana Menteri Pedro Spanyol pada awal kasus terkesan menolak dan terlambat untuk menghentikan pertemuan besar seperti pertandingan sepak bola dan demonstrasi politik.

Spanyol terus berjuang, serta melakukan apa yang harus dilakukan. Hari ini, Perdana Menteri Sanchez sudah memaklumatkan 15 hari lockdown di seluruh bagian negara.

Entah sampai kapan Spanyol terus berjuang di tengah wabah ini. Akan tetapi, bagi negara di belahan dunia lain yang sedang berhadapan dengan covid-19, cerita Spanyol dan Italia dapat menjadi pelajaran berharga termasuk bagi Indonesia.

Referensi : 1 - 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun