Menurut saya apa yang dilakukan pemerintah sudah cukup tepat, karena memang kepanikan berhasil diredam ketika publikasi sebaran virus Corona dibatasi.
Saya berikan contoh ketika kasus kematian pasien kode 25 di Bali, saya sedang berkegiatan dan bertemu sanak keluarga di Bali.
Sebelum peristiwa tersebut, aktivitas berjalan seperti biasa, meski memang daerah wisata seperti Kuta sangat sepi tanpa turis dari negara-negara yang diblok penerbangannya ke Indonesia.
Saya dan keluarga masih bepergian ke mall, berbelanja dan lain sebagainya. Cerita dengan pelaku usaha disana tidak didominasi  soal penyebaran virus Corona tetapi soal bagaimana dampak yang ditimbulkan karena pariwisata menjadi sepi di Bali.
Ketika berita meninggal pasien 25 dibukakan di publik dan itu ternyata terjadi di RS Sanglah, memang mengejutkan publik dan membuat kewaspadaan menjadi meningkat.Â
Akan tetapi  karena nampak diredam beritanya oleh pemerintah,  warga lokal tetap beraktivitas seperti biasa untuk menyambung hidup.
Apakah ini berarti tindakan Anies akan menimbulkan kepanikan?Â
Tidak juga, saya malah berpikir untuk melihatnya kita  harus menggunakan kacamata yang berbeda.
Anies adalah kepala daerah di wilayah ibu kota (artinya wilayah yang lebih kecil) Â yang memang secara kasus paling mayor penderitanya bermukim. Â Artinya penanganannya memang harus berbeda.Â
Berbeda dengan Jokowi yang bertanggung jawab kepada kecemasan dan kepanikan di seluruh Indonesia kan?.
Menurut saya, Â silahkan saja Anies menyebarkan peta sebaran di Jakarta, asal jangan peta sebaran di Indonesia.Â