Kembali ke judul tulisan, apakah Anies berdusta bahwa tidak akan mencari untung yang berarti menjadikan komersialisasi dalam revitalisasi TIM ini?
Jika dipandang dari penjelasan Anies memang ada beberapa keganjilan.
Anies mengatakan bahwa tudingan bahwa akan dibangun hotel bintang lima demi komersialisasi tidak beralasan karena dalam rencananya adalah hanya akan dibangun wisma untuk seniman.
Pertanyaannya, adalah bukankah tinggal di wisma atau hotel juga akan meminta bayaran, atau hanya gratis? Ini belum dijelaskan secara utuh oleh Anies.
Berikutnya soal, pihaknya tidak akan mencari untung  atau uang dari TIM, bahkan kata Anies jika ingin mencari untung maka pihaknya lebih memilih untuk menaikkan PBB daripada mencari uang lewat biaya sewa fasilitas di TIM.
Ini tentu yang dipersoalkan oleh Prasetio, benarkah Pemrov tidak akan mencari untung? Padahal dalam penjelasannya Anies berencana akan mengundang seniman internasional dan lain sebagainya, dan mendesain bahwa TIM akan menjadi magnet kedatangan seniman domestik dari rusia dan lain sebagainya.
Apalagi jika berbicara tentang rencana pengelolaan TIM yang akan dilimpahkan ke salah satu BUMD milik Pemprov DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sesudah proyek  senilai 1,8 triliun rupiah itu selesai.
Hal inilah yang disentil oleh Forum Seniman Peduli TIM yang menguatirkan bahwa JakPro pasti akan mengejar break event point (BEP) atau balik modal dalam pengelolaan TIM nantinya.
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh Anies untuk menepis tudingan-tudingan ini? Hal terpenting yang dapat dilakukan  adalah komunikasi dengan para seniman.
Setelah rapat kemarin, DPR memang menyetujui kelanjutan revitalisasi TIM ini, namun disertai dengan syarat bahwa harus ada komunikasi dengan para seniman sesegera mungkin.
Hal ini dipandang penting untuk menemukan titik temu dan memberikan klarifikasi atas berbagai kekuatiran oleh para seniman.