Salah satu faktor yang membuat Gubernur Anies Baswedan terlihat masih "kinclong" saat banjir mendera Jakarta dengan begitu hebatnya karena argumen yang dibangun, entah oleh dirinya sendiri atau juga para pendukungnya.
Argumen Anies berkisar di antara "hulu hilir" atau " naturalisasi solusi dari normalisasi", sedangkan argumen yang dibangun para pendukung Anies adalah "coba sebutkan dimana dan siapa Gubernur DKI Jakarta yang selama memerintah dan Jakarta tidak pernah kebanjiran?".
Baik, kedua-duanya masuk akal. Konsep hulu dan hilir, orang awam pun akan mengerti, soal naturalisasi sampai sekarang banyak yang menilai hanya penamaan saja yang berbeda dengan naturalisasi, persoalannya Anies saja yang kurang cepat dan berani memindahkan warga ke tempat lain.
Lalu soal Gubernur DKI Jakarta yang bebas banjir, juga masuk akal, seolah-olah, Anies tidak ada bedanya dengan Ahok, Jokowi, Sutiyoso dan yang lainnya.
Argumen-argumen ini seperti menyodorkan kepada publik bahwa ketokohan Anies tidak dapat diukur dari keberhasilan memanajemen pencegahan banjir dan juga kemacetan, dua hal yang dapat menjadi tolak ukur bahwa Anies berbeda dengan yang lain. Anies sama saja dengan yang lain, dan sebaliknya demikian.
Dari perspektif politik, argumen ini amat baik bagi Anies, apalagi jika bicara rencana pencalonannya nanti di Pilpres 2024 nanti. DKI Jakarta itu ibu kota, sekaligus Indonesia kecil yang mendapat sorotan dari berbagai sudut.
Keberhasilan Anies akan diapresiasi setinggi langit yang akan berguna untuk mendongkrak popularitas serta menunjukan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin yang berbeda dan berhasil.
Artinya, jika semua argumen itu ingin menunjukan bahwa Gubernur DKI itu sama saja karena banjir dan macet tetap terjadi, Anies pantas dong jadi Presiden nanti, apalagi sekarang saja sudah ada jargon bahwa Anies itu "Gubernur rasa Presiden". Â
Apakah benar demikian? Jika ingin menutup mata dan nrimo saja, ya bisa saja hal itu dianggap sebagai kebenaran, namun ketika ingin berpikir lebih kritis, maka perlu sebuah survei untuk melihat lebih dalam isi dari sesuatu yang dianggap sama saja.
Hari Minggu (16/2) kemarin, Lembaga Survei Indo Baramoter berusaha mengupas hal ini lebih dalam dengan melakukan survei yang salah satunya membahas dua hal ini, yaitu banjir dan macet. Â Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden pada 9-15 Januari 2020, dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner.
Hasilnya mengenaskan bagi Anies. Khusus untuk kedua hal penting ini, Anies dilibas habis dari hasil survei tersebut. Dari kategori berhasil mengatasi banjir, Anies hanya mendapat hasil 4,1 persen, dibandingkan Ahok yang mendapat 42 persen.