Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terbaru, Hewan Trenggiling Bisa Menjadi Perantara Virus Corona

9 Februari 2020   07:42 Diperbarui: 9 Februari 2020   09:31 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trenggiling I Gambar : Mari Picture Library

Pada awalnya hasil penelitian menunjukan bahwa kelelawar sebagai hewan yang paling meyakinkan sebagai asal Virus  Corona.

Hasil analisa dari  para peneliti mengenai 10 urutan genom dari  Virus Corona (2019-nCoV) yang diperoleh dari 9 pasien Virus Corona di China mengatakan bahwa semua 10 urutan genom tampak sangat mirip.

Publikasi pada akhir Januari yang dibuat oleh Weifeng Shi, seorang profesor di Laboratorium Kunci Etiologi dan Epidemiologi Penyakit Menular di Universitas Provinsi Shandong, mengatakan bahwa "Sangat mengejutkan bahwa urutan 2019-nCoV yang dijelaskan di sini dari pasien yang berbeda hampir identik".

Setelah itu, berdasarkan kasus awal pada para pekerja atau pengunjung pasar makanan laut Huanan di Wuhan, China, menampakkan bahwa virus yang paling dekat memiliki hubungan adalah 2 Virus Corona yang berasal dari kelelawar.

Berdasarkan hasil tersebut,  kesimpulan diambil bahwa Virus Corona berasal dari kelalawar.

 Akan tetapi muncul juga  pertanyaan dan dugaan bahwa masih ada  hewan lain yang menularkan virus tersebut ke manusia atau sebagai perantara.

"Nampaknya ada hewan lain yang menjadi inang, berperan sebagai perantara antara kelelawar dan manusia," kata penulis penelitian Guizhen Wu, dari Chinese Center for Disease Control and Prevention.

Hasil ini sesuai dengan pendapat beberapa  ilmuwan yang telah melacak asal-usul virus corona 2019-nCoV pada kelelawar buah yang ditemukan di provinsi Yunnan yang mengatakan  bahwa Virus tetap membutuhkan perantara.

Sempat disebutkan ular sebagai perantara, namun masih diragukan.

Pertanyaan tentang hewan apa yang bisa menjadi inang perantara sekaligus menularkan Virus Corona, akhirnya mengerucut kepada hewan Trenggiling.

***

Di China, hewan mamalia yang  bersisik ini digunakan di Asia untuk makanan dan obat-obatan dan juga disebarkan ke berbagai belahan dunia.

World Wildlife Fund juga menulis bahwa hewan  trenggiling adalah salah satu mamalia paling diperdagangkan di Asia karena dagingnya dianggap lezat di negara-negara seperti China dan sisiknya digunakan untuk obat tradisional.

Sabtu, 8 Februari, peneliti dari South China Agricultural University mempublikasi bahwa dari analisa mereka urutan genom dari galur Virus Corona baru yang diambil dari trenggiling ternyata 99 persen identik dengan urutan yang ditemukan pada orang-orang yang terinfeksi Virus Corona di Wuhan.

Liu Yahong, rektor universitas tersebut mengatakan bahwa sesudah tim peneliti menganalisis lebih dari 1.000 sampel metagenom dari sejumlah satwa liar maka ditemukan bahwa tenggiling merupakan hewan yang paling mungkin menjadi inang perantara dalam proses penularan coronavirus

"Hasil studi ini menunjukkan bahwa tenggiling kemungkinan adalah inang perantara dalam proses penularan Virus Corona," ujar Liu.

Apa yang dimaksud dengan inang perantara?

Inang perantara berarti  sebelum mencapai manusia, Virus Corona kemungkinan ditularkan dari kelelawar ke trenggiling terlebih dahulu.

Yan Xiang, seorang profesor virologi di University of Texas  juga termasuk  yang "yakin" akan hubungan antara coronavirus dan trenggiling, setelah mempelajari lebih dari 1.000 sampel dari hewan liar.

Xiang mengatakan bukti untuk klaimnya "sudah ada" di sebuah makalah dari Oktober 2019, yang menerbitkan sekuens genom dari trenggiling yang diselundupkan dari Malaysia ke Cina ditemukan bukti adanya coronavirus di situ .

Coronavirus versi terbaru ini kemungkinan bisa menjadi "hibrida dari dua coronavirus yang sangat mirip seperti yang disarankan dalam makalah baru-baru ini," kata Xiang.

"Virus itu mungkin tidak dapat menginfeksi manusia secara langsung melalui kelelawar, jadi ia harus melalui hewan peralihan untuk selanjutnya bermutasi untuk menginfeksi manusia," kata Xiang.

Hewan perantara yang memfasilitasi hibrida dari kedua virus, kata Xiang, adalah "kemungkinan besar trenggiling," tetapi ia juga menekankan bahwa pada tahap ini, hubungan ini bersifat spekulatif dan perlu dikonfirmasi oleh penelitian lebih lanjut.

Dirk Pfeiffer, profesor kedokteran hewan di City University Hong Kong, masih meragukan penelitian ini dan mengatakan  bahwa penelitian ini masih jauh untuk membuktikan trenggiling telah menularkan virus.

"Anda hanya dapat menarik kesimpulan yang lebih pasti jika anda membandingkan prevalensi (dari virus corona) antara spesies yang berbeda berdasarkan sampel yang representatif, yang hampir pasti tidak," kata Pfeiffer.  Tetapi kemungkinan itu tetap ada.

Hewan Trenggiling di Indonesia

Di Indonesia, menurut catatan World Wild Fund (WWF), Trenggiling menjadi target incaran perburuan dan perdagangan illegal.  Trenggiling yang terkenal adalah Trenggiling Sunda (Manis javanica).

Sama seperti di China, Spesies ini kerap diperdagangkan secara ilegal untuk dikonsumsi bagian tubuhnya, seperti daging, lidah, kulit, dan sisik yang dipercaya berkhasiat sebagai obat tradisional bagi masyarakat Tiongkok dan juga sebagai bahan baku narkoba.

Bahkan dikatakan bahwa mengonsumsi bagian tubuh Trenggiling yang dinilai makanan eksotis juga dipandang sebagai salah satu hal yang bergengsi .

Sebelum dikenal sebagai bahan baku obat tradisional Tiongkok, sisik Trenggiling dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tas, dompet dan aksesoris lainnya. Sedangkan dagingnya dimanfaatkan sebagai hidangan mewah dan sumber protein bagi masyarakat lokal.

Trenggiling merupakan salah satu satwa yang paling diminati di pasar gelap global. 

Kebutuhan daging dan sisiknya di Tiongkok diperkirakan sekitar 100.000--135.000 kg per tahun. Perdagangan Trenggiling telah terjadi sejak tahun 1990-an, dimana saat itu Trenggiling diekspor dari Indonesia ke luar negeri

Selain perdangangan gelap, konservasi atau pelestarian hewan ini menjadi semakin sulit karena usia. 

Berbeda dengan Kelelawar yang bisa mencapai usia 40 tahun, usia maksimal trenggiling hanya 7 tahun.

Kembali ke hasil penelitan di atas, publik perlu menunggu hasil selanjutnya dan berharap hasil penelitian dapat digunakan sebagaj sumber berharga untuk penanganan Virus Corona ini selanjutnya.

Sampai hari ini sudah 800-an orang meninggal karena terinfeksi Virus Corona.

Sumber : 1 -2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun