Hewan perantara yang memfasilitasi hibrida dari kedua virus, kata Xiang, adalah "kemungkinan besar trenggiling," tetapi ia juga menekankan bahwa pada tahap ini, hubungan ini bersifat spekulatif dan perlu dikonfirmasi oleh penelitian lebih lanjut.
Dirk Pfeiffer, profesor kedokteran hewan di City University Hong Kong, masih meragukan penelitian ini dan mengatakan  bahwa penelitian ini masih jauh untuk membuktikan trenggiling telah menularkan virus.
"Anda hanya dapat menarik kesimpulan yang lebih pasti jika anda membandingkan prevalensi (dari virus corona) antara spesies yang berbeda berdasarkan sampel yang representatif, yang hampir pasti tidak," kata Pfeiffer. Â Tetapi kemungkinan itu tetap ada.
Hewan Trenggiling di Indonesia
Di Indonesia, menurut catatan World Wild Fund (WWF), Trenggiling menjadi target incaran perburuan dan perdagangan illegal. Â Trenggiling yang terkenal adalah Trenggiling Sunda (Manis javanica).
Sama seperti di China, Spesies ini kerap diperdagangkan secara ilegal untuk dikonsumsi bagian tubuhnya, seperti daging, lidah, kulit, dan sisik yang dipercaya berkhasiat sebagai obat tradisional bagi masyarakat Tiongkok dan juga sebagai bahan baku narkoba.
Bahkan dikatakan bahwa mengonsumsi bagian tubuh Trenggiling yang dinilai makanan eksotis juga dipandang sebagai salah satu hal yang bergengsi .
Sebelum dikenal sebagai bahan baku obat tradisional Tiongkok, sisik Trenggiling dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tas, dompet dan aksesoris lainnya. Sedangkan dagingnya dimanfaatkan sebagai hidangan mewah dan sumber protein bagi masyarakat lokal.
Trenggiling merupakan salah satu satwa yang paling diminati di pasar gelap global.Â
Kebutuhan daging dan sisiknya di Tiongkok diperkirakan sekitar 100.000--135.000 kg per tahun. Perdagangan Trenggiling telah terjadi sejak tahun 1990-an, dimana saat itu Trenggiling diekspor dari Indonesia ke luar negeri
Selain perdangangan gelap, konservasi atau pelestarian hewan ini menjadi semakin sulit karena usia.Â