"Kalau boleh dikatakan, ini semacam win win solution-nya. Kalau ternyata mentok-mentok terus kasihan warga Jakarta tidak punya wakil gubernur, akhirnya mau tidak mau kami mengalah," ujar Ketua DPW PKS DKI Jakarta Sakhir Purnomo, seperti dilansir oleh detik.com.
 Kekuatan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) khususnya yang berkaitan dengan pencalonan Wakil Gubernur DKI Jakarta sepertinya akan berakhir pada kata "mengalah".
Akhirnya setelah berlarut-larut, pencalonan Cawagub pendamping Gubernur Anies Baswedan berjalan kembali dengan progress yang terlihat lebih baik dari sebelumnya.
Dalam proses ini, dua nama calon sudah diberikan kepada Anies dan akhirnya akan diberikan kepada DPRD DKI untuk diproses dan dipilih.
Awalnya, jatah Wakil Gubernur DKI secara politis disepakati adalah milik PKS sebagai partai pengusung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Sesudah Sandi mundur dan menjadi Cawapres mendampingi Prabowo, PKS lantas sibuk menyiapkan calon pengganti.
PKS bersemangat memberikan dua nama kandidat, yaitu Agung Yulianto dan Ahmad Syaikhu, tetapi kedua nama ini mandek dalam proses di DPRD DKI. Proses terhenti tanpa sebuah alasan yang jelas, namun yang pasti kedua calon ini ditolak.
PKS memang sempat memberikan nama calon alternatif ketika terjadi kebuntuan tersebut, yaitu Adhyaksa Dault. Serupa dengan Agung dan Syaikhu, nama Adhyaksa pun mental.
Sesudah itu proses pemilihan Wagub seperti berhenti di tempat. Sampai akhirnya setelah lebih dari satu setengah tahun, dan memanfaatkan momen terpilihnya anggota DPRD yang baru, pencalonan dilakukan kembali.
Berubah total, kali ini, PKS hanya mengajukan satu calon, jatah calon yang lain diberikan pada Gerindra. PKS mengajukan nama Nurmansjah Lubis sedangkan Gerindra mengajukan nama politisi berpengalamannya, Ahmad Riza Patria.
Mengapa demikian? PKS seperti dipepet, sehingga terpaksa mengambil opsi seperti ini. Ketua DPW PKS DKI Jakarta Sakhir Purnomo mengatakan bahwa ini adalah sebuah cara yang dapat diterima oleh semua pihak, dan membuat PKS harus mengalah.
Dalam kesempatan lain, petinggi PKS bukan saja mengatakan sebagai langkah mengalah, tetapi juga tanda kebesaran hati demi kebaikan warga DKI. Akan tetapi, secara politis, apa yang terjadi pada saat ini menunjukan bahwa PKS mengalami kekalahan secara politik.
PKS berhasil digiring sedemikian rupa, sehingga tidak mampu melakukan manuver lain selain memberikan kesempatan kepada partai lain (Gerindra), untuk ikut mencicipi jatah makannya.
Jika kita lihat, pertanyaannya adalah apakah Gerindra mendesain seperti ini? Sebagai kolega dekat PKS(dulu), Gerindra tentu tidak akan mau mengatakan bahwa ini bukti kelicikan dari Gerindra.
Alasannya yang dikemukakan dalam berbagai kesempatan juga terdengar amat logis. Gerindra menjelaskan bahwa kesempatan sudah diberikan kepada PKS untuk menyodorkan calon kepada DPRD namun PKS gagal dalam melobi agar calonnya diterima.
Artinya, Gerindra merasa sudah memberikan kesempatan kepada PKS, namun gagal dimanfaatkan. Sehingga, apabila kesempatan itu "terpaksa" datang kepada Gerindra karena situasi tersebut, Gerindra tidak bisa menolak.
Jika gagal dan nampak jelas kalah secara politik dalam proses ini, maka PKS akan sulit berharap agar  kader mereka Nurmansjah Lubis terpilih menjadi Wagub DKI amat  menjadi pendamping Anies.
PKS amat terbatas untuk memastikan langkah Nurmansjah akan berjalan mulus. Hal maksimal yang dapat dilakukan oleh PKS sampai saat ini  adalah beriklan  bahwa Nurmansjah adalah  calon Wagub yang ideal, karena berlatar belakang akuntan, lalu berjanji akan kerja di dapur saja membantu Anies. Tidak lebih.
Riza Patria jelas lebih populer dari Nurmansjah. Bukan itu saja, jika harus voting, maka suara ke Riza Patria diperkirakan mencapai 80 prosen, dan akhirnya PKS akan menjadi pesakitan.
Lalu apa yang dapat diharapkan PKS dalam proses ini? Paling tidak ada dua hal.Â
Pertama, PKS berharap agar janji politik Gerindra untuk mendukung calon mereka akan terwujud pada hari H pemilihan. PKS berulangkali mengingatkan janji Ketum Gerindra, Prabowo yang mengatakan bahwa Gerindra akan mendukung calon PKS. Jika berhasil, tentu saja ini akan signifikan dari segi suara, karena Gerindra juga dominan di DPRD.Â
Namun PKS terllau naif dan harapan tersebut mungkin hanya menjadi mimpi di siang bolong bagi PKS. Gerindra jelas mengajukan Riza Patria untuk menang, bukan hanya untuk menjadi penonton.
Kedua, PKS berharap dukungan Anies Baswedan. Meski voting dilakukan oleh anggota DPRD, namun Anies dipercaya mempunyai kekuatan untuk melobi partai untuk calon yang didukungnya. PKS dikenal adalah loyalis Anies sehingga Anies mungkin mau membantu.
Akan tetapi hitung-hitungan politik tidak segampang itu. Ada untung dan rugi bagi Anies jika memilih PKS. Secara "kenyamanan", Nurmansjah adalah pilihan terbaik bagi Anies.
PKS sudah berjanji bahwa Nurmansjah akan menjadi pembantu dari dapur dengan setia. Nurmansjah tidak akan menjadi matahari kedua dalam kepemimpinan DKI nanti.
Di sisi lain, Â pilihan untuk Riza Patria akan amat "aman" bagi seorang Anies. Dalam sisa 2 tahun kepemimpinannya, Anies tentu menginginkan dukungan legislatif yang solid. Memilih Riza Patria adalah pilihan terbaik, karena Gerindra tentu mau menjadi bamper yang kuat bagi Anies dari kursi dewan.
Hanya harus diakui, Anies bisa tidak nyaman dengan Riza, karena Gerindra tentu akan memberikan misi khusus bagi Riza, khususnya pilkada pasca Anies di Jakarta.
Riza tentu tidak akan menjadi kambing congek saja di samping Anies. Jubir Prabowo-Sandi ini, terkenal amat lugas jika tampil di depan publik, dan bisa jadi komunikasi publiknya terdengar lebih rasional dari Anies yang hebat menata kata. Riza bisa menjadi ancaman.
Terakhir , mari kita lihat pola yang akan terjadi. Rasanya Anies tidak dapat berbuat banyak melihat kursi Wagub menjadi miliki Gerindra dalam hal ini Riza Patria. Anies perlu cerdas melihat situasi politik yang terjadi pasca pemilihan nanti demi 2024.
Anies tentu akan tidak nyaman, apalagi desas desusnya Gerindra kemungkinan besar tidak akan mengusung Anies di 2024.
Jika cerdas, Anies sebaiknya tidak perlu kuatir akan kendaraan politik untuk 2024 nanti, Anies hanya perlu fokus memikirkan strategi jikalau Riza Patria terpilih, kerjanya di DKI Jakarta harus terlihat lebih baik, sehingga mengundang pujian dari publik. Anies akan terkena imbas positif, jika timnya solid bekerja. Sebuah branding yang baik untuk 2024 nanti.
Namun jika Anies gagal memasang strategi yang tepat, Gerindra akan mendapat panggung untuk dua sasaran sekaligus, 2022 dan 2024.
Anies dipastikan akan tidak nyaman dengan situasi ini nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H