Basuki yang adalah seorang Doktor Teknik lulusan Universitas Colorodo ini hemat dalam berkata tetapi cepat dalam bertindak. Tiga puluh tahun karirnya dihabiskan di Kementerian PU dengan berbagai jabatan yang membuatnya sekaligus dapat berpikir cermat, cepat bertindak tanpa banyak cincong.
Mata para wartawan terlihat serius melihat gerak tangan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang menggambarkan  sesuatu di secarik kertas.  Garis-garis dibentuk Basuki untuk menggambar Sungai Ciliwung lengkap dengan jembatan.
"Ini Sungai Ciliwung, ini Jembatan. Yang ini sudah dinormalisasi, yang ini belum. Sehingga airnya tembus ke sini, muter, sehingga kelihatan banjir. Tapi tidak melimpas," kata Basuki.
Basuki berusaha menjelaskan dengan detail bagaimana kondisi normalisasi yang telah dikerjakan dan apa yang terjadi sehingga banjir tetap terlihat terjadi di sungai yang dinormalisasi.
"Saya enggak mau debat. Saya tidak dididik untuk debat" ucap Basuki tegas, sebelum dia menjelaskan persoalan banjir kepada wartawan.
Pernyataan Basuki ini amat menarik karena Basuki bukanlah tipe yagn suka bicara di depan umum. Akan tetapi, publik pasti mengerti ungkapan ini terpaksa dikatakan Basuki berkaitan dengan silang pendapatnya dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan soal persoalan banjir di Jakarta.
Basuki menganggap bahwa salah satu kunci dari penyebabnya banjir adalah normalisasi Sungai Ciliwung yang mandek karena Pemprov DKI tidak mengurusi soal pembebasan lahan sejak 2017. Akibatnya, baru 16 Km yang selesai dinormalisasi dari target 33 Km.
Anies berpendapat berbeda, bagi Anies persoalannya bukan di normalisasi Sungai Ciliwung tetapi pengendalian air dari hulu dengan pembangunan embung, waduk bendungan dan sebagainya.
Sayangnya kedua pendapat ini disampaikan langsung di depan wartawan di tempat yang sama ketika keduanya usai meninjau lokasi banjir di kawasan Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (1/1/2020).
Anies memang cukup keras menanggapi berbagai pendapat soal penyebab banjir Jakarta bahkan dalam sebuah kesempatan, Anies mengatakan bahwa dia bersiap berdebat tentang penyebab banjir di suatu waktu.
Hal inilah yang membuat Basuki dengan tegas mengatakan bahwa dirinya tidak mau berdebat karena dirinya tidak dididik untuk berdebat.
***
Mari kita pahami kegusaran dari Basuki soal ajakan berdebat dari Anies Baswedan.
Tak ada yang salah dalam perdebatan atau diskusi atau apapun namanya, jikalau memang ada manfaat yang didapat darinya.
Dalam filosofinya, perdebatan itu adalah pertarungan ide tentang bagaimana cara untuk menyelesaikan persoalan dengan cara yang paling efisien dan efektif.
Hanya persoalannya yang seringkali terjadi adalah  diskursus debat  sering salah sasaran. Perdebatan menjadi cara untuk memecah masyarakat, sekaligus mempertotonkan kekuatan menata kata sehingga esensi dari perdebatan itu hilang.
Kekuatan perdebatan seringkali dianggap karena kemampuan komunikasi dengan bahasa filosofis yang sulit dimengerti tetapi terlihat keren dan menarik. Apalagi si pendebat kerap menganggap diri sebagai pemenang perdebatan, karena  merasa puas untuk kosa kata sulit yang dikatakannya.
Jika ini terjadi, maka kebenaran di ruang publik akan sulit terjadi, apalagi jika bicara tentang tujuan untuk menyelesaikan masalah. Â
Basuki jelas tidak memiliki kemampuan komunikasi untuk mengimbagi jika perdebatan menjurus seperti itu.Â
Menteri yang dijuluki "Daendels" oleh Presiden Jokowi ini adalah orang yang lebih senang bicara langsung kepada teknis dan detail tanpa memutar.
Basuki yang adalah seorang Doktor Teknik lulusan Universitas Colorodo ini hemat dalam berkata tetapi cepat dalam bertindak. Tiga puluh tahun karirnya dihabiskan di Kementerian PU dengan berbagai jabatan yang membuatnya sekaligus dapat berpikir cermat, cepat bertindak tanpa banyak cincong.
Oleh karena itu, sebaiknya Pak Anies jangan mengajak Pak Basuki untuk berdebat, hal itu bukan kelihaian pak Basuki. Lagian saya kuatir, jika sudah bicara detail Pak Anies bisa saja akan malu sendiri, padahal bukan untuk mencari siapa yang menang dan kalah, dan memberi malu untuk salahs atu pihak kan?
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh Pak Anies dan Pak Basuki? Jika perdebatan itu bertujuan untuk mencari solusi dan evaluasi, lakukan dalam rapat bersama, jika bisa tertutup.
Pak Basuki bisa akan lebih lama menjelaskan secara detail tentang normalisasi dan perkembangan bendungan yang sedang dibangun oleh KemenPU yang diharapkan Anies di masa depan dapat mencegah banjir terjadi di Jakarta lagi.
Lalu, hindari polemik di depan publik dengan pernyataan, saling sanggah atau saling sindir. Tidak akan berguna untuk menurunkan ketinggian banjir.
Kritik, masukan dan pendapat anggap saja sebagai nasihat dan juga tanda sayang. Jangan sampai baper sehingga terlalu berlebihan menanggapi.
Semoga persoalan banjir cepat selesai, dengan solusi yang dipikrikan dan dikerjakan secara bersama. Toss.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H