Hal inilah yang membuat Basuki dengan tegas mengatakan bahwa dirinya tidak mau berdebat karena dirinya tidak dididik untuk berdebat.
***
Mari kita pahami kegusaran dari Basuki soal ajakan berdebat dari Anies Baswedan.
Tak ada yang salah dalam perdebatan atau diskusi atau apapun namanya, jikalau memang ada manfaat yang didapat darinya.
Dalam filosofinya, perdebatan itu adalah pertarungan ide tentang bagaimana cara untuk menyelesaikan persoalan dengan cara yang paling efisien dan efektif.
Hanya persoalannya yang seringkali terjadi adalah  diskursus debat  sering salah sasaran. Perdebatan menjadi cara untuk memecah masyarakat, sekaligus mempertotonkan kekuatan menata kata sehingga esensi dari perdebatan itu hilang.
Kekuatan perdebatan seringkali dianggap karena kemampuan komunikasi dengan bahasa filosofis yang sulit dimengerti tetapi terlihat keren dan menarik. Apalagi si pendebat kerap menganggap diri sebagai pemenang perdebatan, karena  merasa puas untuk kosa kata sulit yang dikatakannya.
Jika ini terjadi, maka kebenaran di ruang publik akan sulit terjadi, apalagi jika bicara tentang tujuan untuk menyelesaikan masalah. Â
Basuki jelas tidak memiliki kemampuan komunikasi untuk mengimbagi jika perdebatan menjurus seperti itu.Â
Menteri yang dijuluki "Daendels" oleh Presiden Jokowi ini adalah orang yang lebih senang bicara langsung kepada teknis dan detail tanpa memutar.
Basuki yang adalah seorang Doktor Teknik lulusan Universitas Colorodo ini hemat dalam berkata tetapi cepat dalam bertindak. Tiga puluh tahun karirnya dihabiskan di Kementerian PU dengan berbagai jabatan yang membuatnya sekaligus dapat berpikir cermat, cepat bertindak tanpa banyak cincong.
Oleh karena itu, sebaiknya Pak Anies jangan mengajak Pak Basuki untuk berdebat, hal itu bukan kelihaian pak Basuki. Lagian saya kuatir, jika sudah bicara detail Pak Anies bisa saja akan malu sendiri, padahal bukan untuk mencari siapa yang menang dan kalah, dan memberi malu untuk salahs atu pihak kan?