Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengulas Foto Epik Jokowi dan Ahok, Sang Komisaris Pertamina

23 Desember 2019   22:48 Diperbarui: 23 Desember 2019   23:06 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok tidak perlu terlalu seram seperti Tyson, tetapi terus bergerak cepat seperti Pacquaio, lalu sesekali memberikan Jab dan menuntaskannya dengan sebuah hook keras. Jokowi teruslah konsisten seperti Muhammad Ali.

ADA BEBERAPA padanan dari kata epik, diantaranya epos, wiracarita, babad dan saga. Dalam beberapa kamus bahasa Indonesia untuk menjelaskan kata epik digunakan kata epos. Epos didefinisikan sebagai  sebuah cerita kepahlawanan.

Lalu apa hubungannya cerita kepahlawanan dengan gambar yang memotret Presiden Jokowi dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, sang Komisaris Pertama saat mengunjungi kawasan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban?

Kedua tokoh ini memang fenomenal.  Berduet saat menjadi pasangan yang memenangkan konstelasi Pilkada DKI Jakarta pada 2012, sejuta harapan dibebankan kepada kedua tokoh ini. 

Jokowi lantas berubah menjadi tokoh perubahan dengan pemikiran dan cara yang baru yang tidak biasa. Sebagai tokoh politik, Jokowi berubah menjadi tokoh sederhana tetapi dengan kekuatan perubahan yang besar. Tak heran dalam Pilpres 2014, Jokowi melaju mulus sebagai Presiden.

Begitu juga Ahok, mantan Bupati Belitung Timur ini dikenal sebagai tokoh yang keras, ceplas ceplos dan anti dengan korupsi. Pendekatannya untuk pelayanan publik di DKI Jakarta berada di standar tersendiri, harus diakui DKI Jakarta berubah menjadi lebih baik di bawah kepemimpinannya.

Sesudah itu, gerak Ahok sempat terganjal dalam kasus penistaan agama. Setelah mendekam di balik jeruji, Ahok kembali.

Jokowi menyambut kembalinya sahabatnya ini. Jalan lapang bersatu keduanya nampak jelas karena di periode keduanya, Jokowi mengambil langkah cerdas dengan menunjuk tokoh non politik, Erick Thohir menjadi menteri  BUMN. Posisi yang amat diincar oleh para partai politik.

Cara berpikir Erick Thohir berpaut dengan Jokowi. Bagi Erick orang bagus harus ditempatkan di BUMN, bagi Jokowi, syaratnya menjadi lebih jelas, berani dan jujur. Ahoklah orangnya.

Setelah pilah pilih, Ahok cocok dijadikan Pertaminator, orang yang dipercaya dapat mereformasi Pertamina. Meskipun kerutan di dahi para pengincar posisi dan mafia semakin dalam, Ahok dipilih menjadi Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen---jabatan baru yang sepertinya membuat Ahok dapat lebih cepat membenahi Pertamina.

Menarik melihat pendapat Luhut Binsar Panjaitan tentang dipilihnya Ahok. Luhut menganggap dipilihnya Ahok itu pilihan yang amat tepat, karena banyaknya masalah di Pertamina.

"Pak Ahok itu akan sangat bagus mengawasi Pertamina, karena Pertamina sumber kekacauan paling banyak itu. Biar aja di situ," ujar Luhut di kantornya, Jakarta, Selasa (10/12/2019) seperti dikutip dari Kompas.com.

Instruksi Jokowi kepada Ahok "sederhana". Yaitu yakni percepatan penyelesaian pengembangan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Kilang-kilang di TPPI itu terlalu lama dibangun padahal jika selesan dan mulai beroperasi, maka dampaknya cukup besar dalam menekan impor migas, dengan harapan dapat memperbaiki defisit neraca perdagangan.

"Pesan Bapak Presiden Jokowi sangat jelas, segera menuntaskan pengembangan Kawasan TPPI menjadi industri petrokimia nasional yang nanti akan menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk BBM," kata Ahok di akun Instagram resminya, Minggu (22/12/2019).

Apa yang dibebankan kepada Ahok nampak "sederhana", hanya tentu saja kekacauan yang dimaksud LBP di Pertamina mungkin bermuara pada sistim manajemen yang buruk, perilaku korupsi dan mungkin saja mafia yang menggurita.

Menghadapi situasi kemudian, duo Jokowi dan Ahok dianggap memiliki kekuatan yang besar untuk melabrak beberapa hal tersebut.

Mari kita kembali ke potret di kawasan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) tersebut.

Menarik yang dikatakan oleh pengamat politik Yunarto Wijaya tentang foto ini. Pria yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia ini berkomentar begini melalui akun twitternya.

"Emang kelihatan mana yang Mike Tyson mana yang Muhammad Ali..mana yang Sprinter mana yang Marathon. Mana yang mukulnya dari depan, mana yang pake tangan orang lain"

Ahok itu Mike Tyson, Jokowi itu Muhammad Ali. Ahok itu Sprinter, Jokowi itu pelari Marathon.

Jokowi jelas punya pilihan yang lebih banyak dengan kehadiran Ahok. Jokowi membutuhkan orang yang mengerti cara berpikirnya, tetapi dengan pendekatan yang berbeda, yang bisa saja lebih efektif dari pendekatan yang digunakannya selama ini. Orang itu adalah Ahok.

Lebih jauh, soal Mike Tyson, sepertinya Ahok perlu berpikir untuk tidak selamanya bergaya seperti Mike Tyson tetapi bisa sesekali mencoba menjadi Manny Pacquaio.

Tidak usah terlalu seram seperti Tyson, tetapi terus bergerak cepat seperti Pacquaio, lalu sesekali memberikan Jab dan menuntaskannya dengan sebuah hook keras. Jokowi teruslah konsisten seperti Muhammad Ali.

Publik tentu menunggu gebrakan selanjutnya dari kedua orang ini. Foto ini akan menjadi lebih epik dan nyata ketika Pertamina dapat berubah sekaligus menjadi BUMN yang kembali dapat dibanggakan.

Waktu lima tahun mungkin terlalu singkat untuk memperbaiki sebuah "kerusakan berat". Akan tetapi bukankah jika hal itu dapat diwujudkan maka bisa dikatakan sebagai sebuah kisah yang epik?

Referensi : 1 - 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun