Jangan salah sangka karena saya akan subyektif di sini. Bagi saya, kue ultah itu tak ada apa-apanya tanpa buah ceri. Ceri membuat kue ultah itu tampak cantik, tanpa ceti, kue ultah itu biasa-biasa saja.
Lihat saja laga final tadi. Tanpa Ginting, kemampuan skill Momota tidak tergambarkan dengan baik. Momota yang dianggap pemain yang hebat dalam bertahan, dibuat pontang panting dan harus menyerah 17-21 di set pertama.
Jujur saja, bagi saya penampilan Ginting di set pertama itu nikmat betul. Seperti menikmati daging asap khas Kupang ditemani tuak manis.
Tetapi sialnya di set kedua, gentian Momota yang membuat pontang-panting Ginting. Pontang panting tapi tak dibanting. Sebenarnya, set ini bisa diambil Ginting, tapi Momota itu ya begitu, mentalnya tidak gampang drop. Pemain nomor satu dunia gitu lho.
Di set ketiga, Momota dibuat ketar ketir oleh Ginting. Momota yang dianggap pemain cerdas dengan pukulannya yang mengelabui pemain lawan, di depan Ginting, Momota itu hampi tak ada apa-apanya---sambil menunjuk jari jempol ke bawah.
Lebih dari sekali bola Ginting membuat Momota mati langkah akibat trik pukulannya. Ginting mendapat tepuk tangan riuh ketika mampu "menipu" Momota. Â Rasanya publik Guangzhao senang melihat ada orang Jepang dikelabui orang Indonesia. Belum tahu mereka, inilah kalau orang batak lahir di Cimahi. Apa hubungannya coba?
Sayang, Ginting itu ya itu buah ceri saja. Pemanis. Hampir menang, tetapi kalah pula. Unggul jauh di set ketiga hingga 12-6, eh terkejar pula, lalu kalah di set penentuan dengan 14-21.
Dari semua itu, meski saya menganggap sebagai buah ceri saja, Â publik bulutangkis pasti dan harus setuju Ginting punya prospek yang amat bagus. Skillnya komplit.
Pergerakan kakinya selincah Allan Budikusuma, smashnya sekencang Haryanto Arbi, pukulan backhandnya yahud seperti Taufik Hidayat dan kegigihannya mirip Hendrawan.
Artinya, Ginting tinggal sedikit lagi dipoles. Ko Hendra Saputra sebagai pelatih sudah amat berhasil membimbing Ginting hingga saat ini.
Berapa kali Ko Hendra berteriak "semangat-semangat" dari pinggir lapangan kepada Ginting, tetapi Ko Hendra juga harus pasrah ketika momen Ginting harus ketinggalan angka di set ketiga, kaki Ginting bermasalah, maka perjalanan sudah hampir selesai. Mirip laga Ginting di Asian Games lalu.