Saat kalah dari Vietnam, banyak penikmat timnas yang protes, mengapa timnas harus tampil lebih defensif dan tidak terus menyerang. Bagi penggemar jenis ini, idiom yang ingin disampaikan adalah "Kalah tapi tetap bermain indah lebih terhormat daripada bermain bertahan tetapi tetap juga kalah".
Pilihan ini tentu ada risikonya. Myanmar akan lebih mudah menciptakan peluang karena ruang kosong yang tercipta akan cukup banyak.
Jika dapat memberi saran, sebaiknya timnas U-22 jangan bermain bertahan menghadapi Myanmar.
Salah satu hal yang perlu disyukuri adalah lini belakang kita hingga saat ini tampil dengan amat solid. Bagas Adi dan Andy Setyo tampil seperti dua tembok tebal yang amat sulit ditembus lawan.
Hal ini bermaksud bahwa jika tampil dengan menaikkan garis pertahanan lebih ke depan, maka masih dapat dianggap aman.
Timnas U-22 pun harus tampil mendominasi, karena Myanmar berbeda jauh dengan Vietnam dan diperkirakan akan bermain pragmatis, lebih bertahan.
Salah satu keunggulan dari timnas adalah menu di lini depan juga berlimpah. Ketika Saadil atau Egy kesulitan menembus lini depan, stok pemain sayap kita masih ada dan berkualitas dalam diri Witan Sulaiman atau Sani Rizki.
Artinya, timnas U-22 harus habis-habisan menggunakan sumber daya yang dipunyai dengan gaya bermain yang paling cocok. Skuat ini seperti disiapkan untuk tampil atraktif dengan 4-3-3 yang kental.
Prediksi saya, jika ini berjalan mulus, Myanmar akan mampu dikalahkan dengan skor 2-0. Paling buruk dari menghadapi Myanmar, yaitu kalah di babak adu penalti. Perkiraan ini bisa terjadi, jikalau lini depan timnas pada akhirnya kesulitan juga menembus lini kuat pertahanan Myanmar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI