Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mari Tonton! Seri A Sudah Tidak Membosankan Lagi

28 Agustus 2019   14:25 Diperbarui: 28 Agustus 2019   14:45 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seri A I Gambar: Tribunnews

Ada dua alasan mengapa penikmat bola terutama pecinta  Liga Premier Inggris tidak terlalu menyukai dan bahkan membenci Seri A Italia.

Pertama, Seri A Italia dianggap tidak kompetitif.  Aktor antagonisnya yakni Juventus. Sudah delapan musim berturut-turut La Vechia Signora menjadi scudetto, delapan musim gelap bagi pesaing seperti Napoli, Milan, Inter, Roma dan lainnya.  Klub-klub yang hanya bisa melongo melihat Juventus yang terlalu digdaya.

Ah, sebenarnya bukan fans klub lain saja yang tidak menyukai dominasi Juventus ini, Juventini juga merasakan hal serupa. Bintang tiga di Jersey  yang berarti sudah mendapat gelar Seri A, di angka 30-an juga dirasa percuma, karena Juventus tak kunjung lagi menjadi juara Liga Champions. Terakhir kali Juventus menjadi juara adalah pada 1996, saat mengalahkan Ajax di final.

Bagi Juventini, seribu kali berturut-turut menjadi juara Seri A terlihat percuma tanpa sekalipun diselingi dengan gelar Liga Champions.

Kedua, gaya permainan yang membosankan. Seri A memang nampak lebih lambat dari Liga Premier Inggris. Aliran bola mengalir pelan dan terlalu taktikal.

Pernah sebuah tulisan membahas soal gaya Italia ini. Dituliskan bahwa fisik orang Italia asli memang kecil dibandingkan ras lain di Eropa. Oleh karena itu untuk mengimbangi fisik atau postur yang minus itu, maka orang Italia meningkatkan kemampuan dari segi taktik.  Akhirnya menjadi taktikal dan lebih lamban.

Sebenarnya bukan itu alasannya saja, gaya cattenacio juga menjadi alasan dimana sepak bola Italia dianggap terlalu defensif.

Adalah Helenio Herrera, pelatih legendaris Internazionale Milan yang pertama kali memperkenalkan gaya ini di era 1960-an. Sistim yang menitik beratkan di pertahanan dengan nama lain sistim grendel ini sukses besar, Internzionale dibawa Herrera menjadi scudetto di periode itu.

Persoalannya keberhasilan Herrera menjadi warisan yang tetap terjaga hingga sekarang. Pelatih asal Italia mayoritas fasih memainkan gaya ini, dan pelatih yang mau sukses di Eropa juga harus fasih memainkan gaya ini.

Contohnya Jose Mourinho yang membawa Inter Milan menjuarai Liga Champions dengan sistim grendel ini. Lebih baik tidak kebobolan daripada bernafsu membobol gawang lawan, parkir bus, dan sebagainya, istilah untuk menggambarkan sistim permainan ini.

Lalu bagaimana musim ini? Bersyukurlah pada langit, pertandingan seri A di pekan pertama akhir pekan lalu memberikan sentuhan yang berbeda. Agresif dan cepat, kira-kira begitu penilaiannya.

Saya menyaksikan langsung pertandingan antara tuan rumah Fiorentina melawan Napoli yang berakhir dengan skor 3-4 untuk keunggulan tim tamu. Tujuh gol dalam satu pertandingan dan sepanjang pertandingan, kedua tim saling berganti serang.

"All Attack" ujar Carlo Ancelotti, allenatore Napoli seusai pertandingan. Napoli adalah salah satu tim yang beberapa musim terakhir bermain dengan gaya yang atraktif dan menyerang, Maurizio Sarri membawa gaya bermain mirip seperti Pep Guardiola ke Italia dan berhasil, sayang gaya itu tidak mampu membawa Napoli menjadi scudetto.

Sedangkan Vincenzo Montella, pelatih Fiorentina meskipun kalah cukup bangga dengan permainan Fio yang membuat pertahanan Napoli yang digawangi dua bek tengah tangguh musim lalu, Koulibaly dan Kostas Manolas harus jatuh bangun sepanjang pertandingan.

Di pertandingan lain, AS Roma yang mendapat pelatih baru Daniel Fonseca juga mengakhiri pertandingan dengan skor besar 3-3 melawan Genoa. Meski seri, Roma bermain trengginas dengan pergerakan atraktif dari Cengiz Under, sayap asal Turki yang akan mencuri perhatian musim ini.

Inter Milan yang paling bahagia di pertandingan perdana. Diasuh pelatih baru, Antonio Conte, Inter membabat klub promosi, 4-0 di Giuseppe Mazza. Inter terlihat lebih kuat dengan gaya ofensif Conte yang mulai berjalan baik dengan Romelu Lukaku sebagai target man. Bermain menghibur, membuat banyak gol dan tidak kebobolan, Inter perlu diwaspadai Juventus musim ini.

Bagaimana dengan Juventus? Memilih Maurizio Sarri sebagai pelatih adalah keberanian revolusi gaya permainan. Max Allegri musim lalu lebih senang bermain seimbang dan defensif, maka Sarriball sebaliknya, bermain  atraktif dengan pressing dan penguasaan bola lebih banyak.

Di pertandingan melawan Parma, meski belum sempurna, Juventus terlihat lebih atraktif dengan mengalirkan bola lebih cepat ke depan daripada Allegri yang lebih suka back pass ke belakang. Meski hanya mencetak satu gol, Juventus terlihat bermain lebih menghibur.

Persoalan bagi Juventini, gaya ini penuh dengan resiko, namun jika sudah terlalu kenyang akan gelar dan menginginkan permainan yang lebih menghibur, inilah momen yang tepat.

Kabar AC Milan? Permainan rossoneri juga tidak buruk-buruk amat, sayang pemain-pemain baru mereka belum bisa beradaptasi dengan strategi pelatih mereka. Kekalahan atas Udinese 0-1, membuat pelatih baru mereka Marco Giampaolo harus bekerja keras di pekan berikut.

***

Rekaman beberapa pertandingan ini, sekali lagi menegaskan Seri A sudah mulai berubah, meninggalkan gaya bermain yang defensif dan lebih menyerang. Cattenacio tentu belum punah, karena strategi transfer beberapa klub masih menitikberatkan di pertahanan seperti Juventus yang membeli bek muda tanggauh Ajax, Mathijs De Light meski masih ada Bonnuci dan Chiellini.

Akan tetapi, setiap klub Italia juga sadar, bahwa secara globar permainan menyeranglah yang akan menguasai Eropa. Tidak ada lagi ruang untuk formasi yang khas dengan cattenacio seperti 3-5-2, atau 4-4-2, sekarang klub mencoba untuk semakin fasih dengan 4-3-3. Formasi menyerang.

Kita tunggu bagaimana transisi ini berjalan di Italia, yang pasti, Seri A, tidak akan lagi membosankan musim ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun