Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Hingga Usia Berapa Ahsan/Hendra Dapat Terus Berprestasi?

26 Agustus 2019   21:01 Diperbarui: 26 Agustus 2019   21:04 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan I Gambar : Tribunews

Di tulisan  berjudul "Inilah Pelajaran Hidup dari Juara Dunia Bulutangkis 2019, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan",  salah satu poin penting yang dibahas adalah soal usia yang bukan menjadi penghalang bagi Ahsan yang sekarang berusia 31 tahun dan Hendra yang berusia 35 tahun untuk berprestasi. Di usia yang ke-35,  Hendra menjadi pemain tertua yang menjadi juara dunia.

Dari segi usia, pasangan yang disebut dengan "The Daddies" ini memang tergolong tua, minimal jika melihat dari lawan-lawannya di fase semifinal Kejuaraan Dunia 2019 ini.

Lawan mereka di final ganda Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi sendiri masing-masing berusia 24 tahun sama seperti paangan Cina, Li Junhui/Liu Yuchen. Sedangkan rekan senegara Ahsan/Hendra, Fajar Alfian/Rian Ardianto masing-masing berusia 23 tahun.  

Dengan perbedaan usia sepuluh tahun ini, pertanyaannya adalah sampai kapan Ahsan/Hendra terus berprestasi?

Jika bicara usia dalam bulutangkis, terkadang usia hanyalah menjadi sebuah angka. Ganda campuran Indonesia, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari menjadi saksi ketika harus berhadapan dengan Matthew Fogarty di turnamen Chinese Taipei Open 2018. Fogarty yang berpasangan dengan Isabel Zhong di turnamen ini, berusia 61 tahun. Wow.

Matthew Fogarty dan Isabel Zhang I Gambar : NBColympic
Matthew Fogarty dan Isabel Zhang I Gambar : NBColympic
Soal Fogarty ini, semoga publik Indonesia masih ingat ketika kejuaraan dunia berlangsung di Indonesia pada 2015, Fogarty yang bermain di ganda putra dan berpasangan dengan Bjorn Seguin sempat membuat ganda putra Indonesia Andrei Adistia / Hendra Aprida Gunawan kerepotan di awal pertandingan, meski akhirnya tumbang dengan skor straight set 18-21 dan 8-21.

"Saya seorang dokter, jadi saya mengerti betul betapa olahraga bulutangkis itu sangat bagus untuk kesehatan. Saya ingin para generasi muda bermain bulutangkis, agar mereka dapat merasakan manfaatnya untuk fisik mereka, seperti yang sudah saya rasakan," kata Fogarty seusai pertandingan.

"Hal inilah yang menjadi salah satu motivasi saya untuk tetap bertahan di dunia bulutangkis. Selain itu, saya memang begitu mencintai bulutangkis. Saya betul-betul memikirkan bagaimana supaya stamina saya bisa fit. Pekerjaan menyita banyak waktu saya, jadi saya berlatih bulutangkis di malam hari," tambah Fogarty.

Membandingkan usia dengan Fogarty memang nampak tidak apple to apple lagian Fogarty tidaklah kompetitif seperti Ahsan dan Hendra, hanya yang ingin disampaikan adalah terus berkompetisi di dunia  bulutangkis memang bukan persoalan usia semata.

Lalu apa yang menjadi kunci sehingga Ahsan/Hendra dapat diharapkan terus berprestasi? Ada dua hal, motivasi dan gaya hidup.

Tahun 2019 ini, Hendra/Ahsan mampu menembus 7 final turnamen bulutangkis, dan memenangi 4 gelar juara. Termasuk All England 2019 dan Kejuaraan Dunia 2019. Sebenarnya gelar ini sudah pernah diraih, karena itu mereka merasa perlu menjaga motivasi.

Seperti yang ditegaskan Ahsan bahwa  dirinya dan Hendra tetap menjaga semangat tinggi untuk meraih hasil terbaik di setiap kesempatan.

"Motivasinya harus dijaga. Memang pasti ada perbedaan rasanya ketika belum pernah dapat gelar dibanding sekarang. Tapi, kami tentu tak boleh merasa karena sudah pernah dapat maka ya sudahlah," kata Ahsan. Sebelumnya Ahsan dan Hendra pernah mengatakan bahwa motivasi mereka ini tetap terpelihara agar dapat tetap bermain di Olimpiade Tokyo 2020. Wow.

"Ya, kami juga ingin hasilnya maksimal agar tempat ke Olimpiade juga aman. Istilahnya bagaimana peringkat supaya tidak merosot saja," 

Jika harus  kehilangan motivasi, seharusnya sudah sejak 2016 saat prestasi mereka meredup, diceraikan satu sama lain  dan banyak pihak yang menganggap era mereka sudah berakhir.

Tahun lalu dengan semangat dan motivasi baru mereka kembali berduet, hasilnya raihan All England  dan Kejuaraan Dunia 2019 tahun ini seperti "mempermalukan" ganda putra lain yang jauh lebih muda.

Apakah motivasi cukup? Tentu saja tidak, motivasi harus diimbangi dengan gaya hidup. Bertanding dengan para atlet yang lebih muda tentu membutuhkan kekuatan stamina  yang cukup. Suatu hal yang cukup sulit diraih oleh Ahsan dan Hendra di usia yang tergolong veteran ini. Kuncinya adalah menjaga gaya hidup.

Hendra dan Ahsan memang istimewa soal ini. Istri Hendra,  Sandra Arief mengatakan bahwa  suaminya adalah atlet yang sangat fokus dan disiplin menjaga latihan. "Dia selalu tepat waktu dengan jadwalnya, bahkan lebih sering lebih cepat atau mendahului jadwal. Extra waktu latihan," ujarnya.

Bahkan, menurut Sandy, setelah menikah tahun 2011, mereka berdua sepakat juga tidak cuti berbulan madu, karena Hendra yang sudah punya jadwal padat ingin tetap fokus dulu di bulutangkis.

Selain itu tentu ada hal-hal tertentu yang dilakukan oleh Ahsan/Hendra, seperti yang juga dilakukan oleh Lin Dan pebulutangkis veteran Tiongkok berusia 35 tahun yang belum mau pensiun.

Lin Dan Saat Meraih Emas 2012 I Gambar : Xinhua
Lin Dan Saat Meraih Emas 2012 I Gambar : Xinhua
Dikabarkan dari sebuah majalah kesehatan Tiongkok, Lin Dan menghabiskan 6 jam untuk latihan setiap hari. Latihan fisik (ritme pernafasan, daya tahan, irama jantung dll) menggunakan waktu 3 jam dan sisanya untuk latihan teknik bulutangkis. Super Dan memberikan porsi latihan yang sama antara latihan fisik dan latihan teknik.

Selain itu, soal diet,  Lin Dan mengontrol lemak dan soal gaya hidup, Lin Dan pun tidak main- main. Lin Dan bahkan memilih tidur daripada menerima penghargaan dari sebuah media.

Soal ini saya pikir ada korelasinya. Ahsan/Hendra bukan pasangan yang suka tampil di medsos dan tampak bagai "artis", mereka tetap rendah hati dan memposisikan tetap sebagai atlit dan menjaga konsentrasi mereka tidak buyar oleh hal-hal non teknis.

Terakhir, kembali ke pertanyaan awa, hingga usia berapa Ahsan/Hendra dapat terus berprestasi? Jika Lin Dan sendiri masih ingin meraih medali emas untuk ketiga kali di Olimpiade, mengapa Ahsan/Hendra tidak dapat bermimpi serupa.

Motivasi meraih medali emas bagi Ahsan dan Hendra yang ingin merasakan emas Olimpiade untuk kedua kali setelah 2008 bersama Markis Kido, tentu akan melecut mereka untuk bekerja keras mencapai prestasi demi prestasi lagi.

Meski tidak akan meraih hasil seperti diinginkan, tetapi minimal kehadiran Ahsan/Hendra dengan motivasi dan gaya hidup mereka dapat melecut semangat para yuniornya, agar dapat tampil lebih baik lagi untuk Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun