Jangan pernah melihat hasil tanpa proses. Kerja keras pasti menjadi kunci keberhasilan Ahsan/Hendra. Banyak yang mengira bahwa Ahsan/Hendra sudah akan memikirkan pensiun, tetapi ternyata tidak.
"Pastinya kita masih banyak target ke depan, yang pasti kita bersyukur, ke depan masih banyak pertandingan-pertandingan di depan mata. Untuk saat ini kita belum memikirkan (pensiun) jadi kita akan masih terus bekerja keras," kata Ahsan dalam sebuah kesempatan.
Pandangan orang lain seharusnya tidak mempengaruhi diri kita, bagi Ahsan/Hendra, mereka yang paling tahu kapasitas diri mereka. Mereka juga sadar bahwa pilihan untuk terus bermain bulutangkis adalah pilihan untuk menjalani jalan kesengsaraan yang penuh peluh keringat, mereka memilih itu dan berhasil membuktikan bahwa kerja keras membuat usia sebenarnya bukanlah penghalang.
Kedua, kegagalan bisa jadi hanyalah penundaan menuju kesuksesan yang lebih besar. Kedua pemain yang dipasangkan bersama pertama kalinya pada pertengahan 2012 oleh pelatih Herry Iman Pierngadi sempat mendekati titik pensiun pada akhir 2016, saat prestasi mereka benar-benar menurun.
Media bahkan ada yang sudah menuliskan bahwa era Ahsan/Hendra sudah habis. Ahsan dan Hendra akhirnya memutuskan berpisah di akhir 2016. Ahsan memilih berpasangan dengan Rian Agung Saputro. Sedangkan Hendra sendiri memutuskan keluar dari pelatnas dan memilih jalur profesional. Ia berpasangan dengan atlet Malaysia, Tan Boon Heong. Keduanya juga tidak sukses.
Setelah hampir setahun lebih berpisah, Hendra dan Ahsan akhirnya memutuskan kembali bertandem di 2018. Setelah itu perlahan-lahan mereka berhasil kembali meraih prestasi dengan gelar All England 1019 dan medali emas di Kejuaraan Dunia ini.
Kegagalan bagi Ahsan/Hendra bukanlah alasan untuk berhenti. Mereka berdua seperti membuktikan bahwa kegagalan mungkin hanyalah penundaan menuju kesuksesan yang lebih besar. Gelar Kejuaraan Dunia mungkin sudah kesekian kali, akan tetapi rekor demi rekor yang mereka torehkan membuat mereka mungkin akhirnya paham, Â mengapa mereka harus gagal untuk bisa menikmati kesempatan seperti ini.
Hendra yang berusia 34 tahun menjadi satu-satunya pemain ganda putera Indonesia yang memenangkan Kejuaraan Dunia untuk keempat kalinya, Hendra menyamai raihan empat gelar Kejuaraan Dunia milik Liliyana Natsir yang sudah pensiun. Siapa tahu, tahun depan Hendra akan berhasil kembali meraih gelar.
Tahun depan bukanlah sebuah kemustahilan karena target mereka berdua adalah lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Hendra pernah meraih medali emas Olimpiade 2008 bersama Markis Kido.
Bisakah tahun depan, setelah 11 tahun berlalu, Hendra kembali meraih medali emas bersama Ahsan? Tidak ada yang mustahil bagi yang mau bekerja keras, kedua orang ini sudah membuktikan banyak hal tentang itu.
Gelar Ahsan/Hendra menjadi satu-satunya gelar yang diraih Indonesia. Â Jepang menjadi juara umum setelah meraih dua emas melalui tunggal putera andalan mereka, Kento Momota dan ganda putri, Matsumoto/Nagahara.