"Hendra/Ahsan adalah contoh, panutan, buat yang muda-muda, bahwa usia bukan halangan. Usia di atas 30 tahun bisa juara, di turnamen yang bergengsi, itu tidak gampang. Pemberian penghargaan seperti ini juga penting, buat yang juara dan yang belum juara, agar termotivasi. Bukan memanjakan, tapi supaya yang lain juga mau berjuang, tentunya tidak di semua kejuaraan kan ada penghargaan seperti ini," ujar Rudy Hartono.Â
Pasangan  ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang dijuluki The Daddies ini membuktikan banyak hal sesudah memenangi Kejuaraan Dunia 2019 Bulutangkis di Basel, Swiss.
Menghadapi pasangan Jepang, asal Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, The daddies memerlukan tiga set untuk mendapat medali emas. Hoki/ Kobayashi bukanlah lawan yang mudah bagi pasangan senior ini. Setelah Ahsan/Hendra memenangi set pertama dengan skor tipis dan ketat 25-23, di set kedua, Ahsan/Hendra harus menyerah mudah, 9-21.
Di set ketiga, Ahsan yang berusia 31 tahun, dan Hendra 34 tahun mengamuk di awal pertandingan. Kombinasi drive pendek dari Hendra dan smash keras dari Ahsan, membawa Ahsan/Hendra unggul cepat hingga 6-1.
Sesudah itu, merasa tertinggal Hoki/Kobayashi kembali berusaha menekan hingga mampu memperpendek skor hingga 9-7, Ahsan/Hendra terlihat seperti melambat, sedangkan Hoki/Kobayashi berusaha tampil lebih agresif. Â Syukur, paruh pertama berhasil dikunci dengan skor 11-7 bagi keunggulan Ahsan/Hendra.
Setelah itu, Hoki/Kobayashi masih bisa mempertipis jarak menjadi 11-13, dengan sisa-sisa tenaga dan bergantian posisi, Ahsan/Hendra terus menjaga jarak hingga memperlebar menjadi 17-12. Ketika skor menjadi 18-12, Hoki/Kobayashi terlihat mengendur. Ahsan/Hendra tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dan segera menutup pertandingan dengan unggul 21-15 di set penentuan ini.
Ahsan dan Hendra tidak berteriak, mereka terlalu lelah untuk berteriak. Mereka hanya tersenyum, memeluk para pelatih mereka dan menyalami sang lawan. Mereka mungkin terlalu tua untuk merayakan kemenangan secara berlebihan, namun di balik itu semua, mereka memang pasangan yang luar biasa.
Kemenangan ini membuat Hendra berhasil meraih gelar juara dunia untuk keempat kalinya sedangkan untuk Ahsan, ini adalah gelar juara dunia ketiga kali bersama Hendra. Gelar terakhir mereka raih pada tahun 2015.
Dari lapangan bulutangkis, Ahsan/Hendra seperti mengajarkan tentang perjuangan dalam kehidupan, paling tidak ada dua hal yang dapat kita pelajari dari mereka.
Pertama, usia bukanlah halangan bagi meraih prestasi. Ketika banyak junior yang seperti mentok dan tidak konsisten, Ahsan/Hendra di usia yang tidak lagi muda masih  terus haus akan prestasi.