Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Teater Politik dari Gerindra dan PDIP

12 Agustus 2019   15:56 Diperbarui: 12 Agustus 2019   15:57 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati dan Prabowo I Gambar : Kompas.com

Perhatikan bahwa dua poros yang berbeda tajam mulai bergerak untuk membentuk hanya sebuah poros dengan beberapa drama yang dimainkan.

Narasi poros Teuku Umar dan Kertanegara semakin menguat, dan rekan-rekan yang pernah bersama berjuang masih harus tinggal diam tanpa bicara, karena mungkin masih bingung menentukan langkah politik ke depan.

Para penonton teater ini terbagi akan dua. Pertama, kelompok yang memang harus benar-benar tetap duduk hingga dipersilahkan berdiri dan bergabung dalam narasi drama yang sedang dimainkan. Kelompok ini terpaksa harus melakukan ini karena tidak memiliki kekuatan gravitasi elektoral yang kuat.

Minimnya kekuatan tersebut, membuat tidak ada insentif yang berani ditawarkan oleh kelompok ini sebagai harga tawar yang kuat demi mempengaruhi keputusan para aktor tersebut yagn sedang asyik masyuk dalam akting mereka.  

Kelompok kedua adalah kelompok yang merasa memiliki jasa cukup besar dan berharap dapat dilibatkan secara aktif ke dalam pergerakan politik di panggung teater. Menurut mereka panggun masih amat luas bagi mereka. Persoalannya, ketika panggung memang tidak begitu luas, maka akan timbul pertunjukan kekuatan elektoral dari kelompok ini yang lambat laun akan mengancam.

Mengancam bagi para aktor yagn sedang bermain, atau juga mengancam diri mereka sendiri.

Kelompok pertama bisa disebut PKS dan PAN, sedangkan kelomok kedua ada Nasdem, Demokrat dan bisa saja dihitung PKB disana.

Sampai sekarang bagaimana nasib nanti para kelompok ini dalam teater yagn sedang dimainkan Gerindra dan PDIP belum jelas nasibnya. Teater ini membuat belum ada yang tegas dalam politik untuk mendefinisikan siapa yang "bakal berada di dalam" (the ins) dan "yang di luar" (the outs).

Artinya peta koalisi amat rentan untuk berubah, membuktikan sekali lagi bahwa kelakuan partai politik kita tidak selinier seperti yagn kita bayangkan sebelumnya. Nafsu politisi untuk selalu berada di garbing kekuasaan sekali lagi dapat membuktikan bahwa teater ini terkadang tidak berpola,

Ke depannya, hampir dapat dipastikan untuk mengamankan kekuasaan, parlemen maka barter posisi akan terjadi bagi kelompok mana saja, perlu kejelian untuk membaca bagaimana kelanjutan teater ini dimainkan oleh Gerindra dan PDIP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun