"Orang itu ingin Indonesia chaos. Ingin Pak Jokowi disalahkan. Ingin Indonesia ini ribut. Pak Prabowo sebagai patriot dan negarawan menolak hal itu. Itu lah penumpang gelap itu," kata Andre Rosiade di Gado-gado Boplo, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8/2019).
"Ya biarkan aparat yang bekerja. Penegak hukum yang bekerja untuk membuktikan penumpang gelap itu. Yang jelas penumpang gelap itu itu bukan dari partai koalisi dan bukan juga ulama. Karena yang ingin dikorbankan itu ulama,"tambah Andre.
Ada beberapa hal yang membingungkan dari penjelasan Dasco dan Andre Rosiade, mengenai "penumpang gelap" ini.
Pertama, Dasco mengatakan bahwa penumpang gelap itu ada di eksternal koalisi, pernyataan Dasco ini sedikit aneh, karena definisi penumpang ya dia sudah berada dalam satu kendaraan, bukan di luar kendaraan.
Bahkan jika kita telisik, pernyataan Dasco yang mengatakan bahwa penumpang gelap gigit jari ketika Prabowo banting stir, agak bertolak belakang dengan pernyataannya. Jikalau eksternal, mengapa harus gigit jari.
Kedua, soal pernyataan Andre Rosiade, ini lebih aneh lagi. Jika Dasco membawa-bawa emak-emak, maka Andre membawa aparat. Andre berharap aparat penegakan hukum yang membuktikan penumpang gelap itu.
Andre bahkan terlihat sangat membingungkan bin aneh ketika mengatakan bahwa penumpang gelap itu menginginkan Pak Jokowi disalahkan terus menerus. Pernyataan ini jika dilihat dari perspektif masa kampanye kemarin, maka seperti menunjuk diri sendiri.
Lalu apa yang dapat kita baca dari pernyataan Dasco dan Andre Rosiade? Patut diduga Gerindra sedang bermain peran menggunakan frasa penumpang gelap.Â
Dasco dan Andre ingin memperlihatkan kepada publik bahwa Gerindra ingin ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu, tetapi Prabowo tidak mau. Gerindra serasa menjadi korban disini.
Selain itu, meski ingin bermain peran, Gerindra jelas tidak mau kehilangan pendukung militannya seperti emak-emak dan PA 212. Dua kelompok ini mempunyai massa yang harus dijaga oleh Gerindra.
Mengapa? Gerindra belum tentu mendapat jatah menteri dari pendekatannya pada PDIP, dan tentunya kehilangan emak-emak dan PA 212 akan membuat Gerindra akan kesulitan atau kehilangna varian stretegi politik untuk kepentingan 2024.