Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Kejanggalan Definisi "Penumpang Gelap" dari Dasco dan Andre Rosiade

11 Agustus 2019   18:32 Diperbarui: 11 Agustus 2019   18:49 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre Rosiade, Politisi Gerindra I Gambar : Tribun

Istilah "penumpang gelap" kembali mencuat, tak ada hujan tak ada angin, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra,  Sufmi Dasco bicara mengenai 'penumpang gelap' yang sempat ada di barisan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat Pilpres 2019.

Dasco lantas menyebut bahwa 'penumpang gelap' itu mencoba memanfaatkan Prabowo untuk kepentingan mereka. Namun, menurut Dasco, Prabowo kemudian mengambil tindakan karena sadar telah dimanfaatkan.

"Tadi dibilang soal 'penumpang gelap', bukan karena kita singkirkan. Prabowo jenderal perang, Bos, dia bilang sama kita, 'Kalau diadu terus, terus dikorbankan, saya akan ambil tindakan nggak terduga.' Dia banting setir dan orang-orang itu gigit jari," kata Dasco dalam pemaparan survei Cyrus Network di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2019).

Tak lama kemudian terjadi gaduh, banyak yang bertanya siapa penumpang gelap sebenarnya, bahkan Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang sempat diperkirakan adalah pihak yang dimaksud Dasco langsung memberikan konfirmasi.

Melalui Ketuanya Slamet Maarif, PA212 tidak merasa menjadi penumpang gelap seperti yang dimaksud Gerindra.

"Jadi kami yakin yang dimaksud Gerindra bukan kalangan kita dan ulama," kata Slamet Maarif kepada wartawan, Jumat (9/8/2019).

Seakan tak mau disalah sangka oleh PA 212, Dasco lantas berusaha mengkonfirmasi, Dasco menjelaskan 'penumpang gelap' itu bukan PA 212, namun dari eksternal koalisi.

"Saya nggak bilang (penumpang gelap) di koalisi 02, penumpang gelap bukan di koalisi 02. (Eksternal koalisi) iya, dan bukan PA 212, bukan ulama-ulama tercinta itu, bukan," ujar Dasco, Jumat (9/8/2019) malam.

Bukan itu saja, Dasco bahkan memuji PA 212. "Ya memang apa yang disampaikan PA 212 memang bukan, PA 212 kan juga banyak yang ya alumni 212 dan tentu para ulamanya, saya kan sudah bilang ada yang bilang harus yang dikorbankan emak-emak, ulama, kan Pak Prabowo nggak mau, kan Pak Prabowo cinta sama emak-emak dan ulama kan. Memang bukan mereka, memang bukan, klir," ujar Dasco.

Emak-emak juga dibawa Dasco, entah apa yang dimaksud Dasco.

Bukan Dasco saja yang ikut merespon, Andre Rosiade politisi Gerindra yang di masa kampanye getol menjadi juru bicara tim kampanye, juga ikut berbicara.

"Orang itu ingin Indonesia chaos. Ingin Pak Jokowi disalahkan. Ingin Indonesia ini ribut. Pak Prabowo sebagai patriot dan negarawan menolak hal itu. Itu lah penumpang gelap itu," kata Andre Rosiade di Gado-gado Boplo, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8/2019).

"Ya biarkan aparat yang bekerja. Penegak hukum yang bekerja untuk membuktikan penumpang gelap itu. Yang jelas penumpang gelap itu itu bukan dari partai koalisi dan bukan juga ulama. Karena yang ingin dikorbankan itu ulama,"tambah Andre.

Ada beberapa hal yang membingungkan dari penjelasan Dasco dan Andre Rosiade, mengenai "penumpang gelap" ini.

Pertama, Dasco mengatakan bahwa penumpang gelap itu ada di eksternal koalisi, pernyataan Dasco ini sedikit aneh, karena definisi penumpang ya dia sudah berada dalam satu kendaraan, bukan di luar kendaraan.

Bahkan jika kita telisik, pernyataan Dasco yang mengatakan bahwa penumpang gelap gigit jari ketika Prabowo banting stir, agak bertolak belakang dengan pernyataannya. Jikalau eksternal, mengapa harus gigit jari.

Kedua, soal pernyataan Andre Rosiade, ini lebih aneh lagi. Jika Dasco membawa-bawa emak-emak, maka Andre membawa aparat. Andre berharap aparat penegakan hukum yang membuktikan penumpang gelap itu.

Andre bahkan terlihat sangat membingungkan bin aneh ketika mengatakan bahwa penumpang gelap itu menginginkan Pak Jokowi disalahkan terus menerus. Pernyataan ini jika dilihat dari perspektif masa kampanye kemarin, maka seperti menunjuk diri sendiri.

Lalu apa yang dapat kita baca dari pernyataan Dasco dan Andre Rosiade? Patut diduga Gerindra sedang bermain peran menggunakan frasa penumpang gelap. 

Dasco dan Andre ingin memperlihatkan kepada publik bahwa Gerindra ingin ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu, tetapi Prabowo tidak mau. Gerindra serasa menjadi korban disini.

Selain itu, meski ingin bermain peran, Gerindra jelas tidak mau kehilangan pendukung militannya seperti emak-emak dan PA 212. Dua kelompok ini mempunyai massa yang harus dijaga oleh Gerindra.

Mengapa? Gerindra belum tentu mendapat jatah menteri dari pendekatannya pada PDIP, dan tentunya kehilangan emak-emak dan PA 212 akan membuat Gerindra akan kesulitan atau kehilangna varian stretegi politik untuk kepentingan 2024.

Sumber : 1 -2 - 3- -5 -6

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun