Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Ancaman Obesitas dan Kecemburuan di Koalisi Jokowi

2 Juli 2019   08:27 Diperbarui: 3 Juli 2019   10:57 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PR bagi Jokowi-Ma'ruf, mendisain Koalisi ke depan I Gambar: Tribun

"Saya khawatir semua di dalam kabinet ada pembelahan dalam kabinet. Itu yang kami khawatirkan. Menurut saya, itu nggak baik" kata Taufiqhaldi dalam diskusi di Gado-gado Boplo, Cikini, Jakarta, Sabtu (29/6/2019).

Selain Taufiqhaldi suara tentang akan bergabungnya partai pro Prabowo ke Koalisi pemerintah juga disuarakan oleh anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Daniel Johan.

Daniel melihat ada minus dari bergabungnya Gerindra ke Jokowi, yaitu dinamika dalam proses demokrasi dalam 5 tahun ke depan akan amat minim terjadi.  Selain itu, Gerindra sebagai motor oposisi selama ini membuat tidak ada pengawasan, check and balance terhadap jalannya pemerintahan.

Alasan-alasan yang terkesan formal ini sebenarnya menutup kekuatiran yang lebih besar jika membayangkan bagaimana Gerindra dan Demokrat yang "dominan" dan vokal masuk ke dalam koalisi yang selama ini sudah dipenuhi oleh PDI-P, Golkar dan NasDem sebagai mesin penggerak.

Motor memerlukan roda, bagaimana jika semua mau menjadi mesin, tanpa ada yang mau jadi roda? Gesekan-gesekan akan terjadi, hitung-hitungan untung rugi akan menjadi warna negatif dan kecemburuan akan menyeruak di antara partai.

Jika kita melihat bagaimana Megawati, Surya Paloh dan Airlangga Hartarto bergerak harmonis melalui partai mendukung Jokowi, maka akan menjadi tanda tanya besar, bagaimana jika Prabowo, SBY bahkan Amien Rais terlibat bersama. Apa jadinya nanti?

Artinya, Jokowi menjadi berpikir keras dan rumit dalam mendesain bagi-bagi kekuasaan dalam pemerintahan ke depan. Apalagi  para partai yang bergabung dengan Jokowi, sudah mulai mencuri start dan tidak malu-malu untuk menyuarakan keinginannya sebagai jatah politik, sebelum disalip oleh partai lain.

Perlu pertimbangan matematis politik yang jeli dan akurat untuk menentukan pola desain koalisi yang tepat. Jika tidak,  niscaya instabilitas dan kegaduhan politik akan rentan terjadi dan berisiko tinggi bagi pemerintahan Jokowi ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun