Demokrat berkeinginan agar AHY sebagai cawapres, sedangkan PKS dan kelompok lain berharap ada wakil ulama di samping Prabowo. Sandiaga akhirnya diterima menjadi sosok yang kuat secara finansial dan akhirnya diterima juga oleh kelompok lain di luar partai.
Soal survei tentang Sandiaga yang dianggap memainkan politik identitas, mungkin erat hubungannya dengan rekam jejak Sandi saat mengikuti kontestasi Pilkada DKI Jakarta. Setelah itu, harus diakui cara yang sama ingin dimainkan di pilpres hanya tidak berjalan seampuh di Jakarta.
Lalu apa makna politis dari pernyataan yang tidak baru dari Andi Arief ini? Jika di sepak bola, Andi Arief ini penyerang sayap yang suka memberikan umpan lambung atau terkadang langsung menembak ke arah gawang lawan.
Terkadang Andi blak-blakan, terkadang diam tergantung momen penting apa yang ingin dimainkan. Ketika bicara tentang setan gundul, Andi sedang memainkan peran Demokrat yang sebenarnya ingin menganggap dirinya sebagai partai yang plaing logis di BPN, dan berharap suara dan pendapat mereka diterima.
Saat ini, Andi sudah bergerak lebih jauh. Mengungkapkan sesuatu yang "lama", dengan tetap menjadikan Demokrat, AHY dan SBY sebagai korban, Andi seperti ingin mengundang BPN Prabowo agar segera tidak perlu malu-malu untuk menganggap Demokrat sebagai lawan.
Andi paham betul bahwa etika politik Demokrat tidak mau dinilai sebagai partai yang meninggalkan kawan saat pertandingan masih berlangsung, sehingga desain yang harus dibangun adalah kawan yang tidak menganggap Demokrat sebagai kawan dengan tindakan-tindakan tidak adil terhadap Demokrat yang dilakukan oleh BPN.
Karena itu, hampir dipastikan berpindahnya gerbong Demokrat tinggal menghitung hari saja. Jika keputusan MK adalah tanggal 22 Juni, maka Demokrat dipastikan akan meninggalkan Koalisi 02. Sebenarnya bisa sekarang, namun dirasa tidak elok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H