Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menginterpretasi Tuduhan Terakhir Andi Arief pada BPN Prabowo-Sandi

9 Juni 2019   20:08 Diperbarui: 9 Juni 2019   20:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andi Arief Menuduh BPN Prabowo Sandi I Gambar : Kompas

"Partai Demokrat, SBY, dan AHY ditinggal oleh deklarasi 02 hanya karena bilang, jika Pak Prabowo berpasangan dengan Sandi Uno, tidak memiliki peluang menang berdasar survei, dan menyarankan Pak Prabowo mencari cawapres lain agar kesempatan menang ada," ujar Andi Arief.

Setelah sempat tenang setelah lebaran, panggung politik kita kembali gaduh, pemicunya lagi-lagi politisi Demokrat, Andi Arief yang naik sendirian ke atas panggung. Andi melalui akun twitternya mencuit tentang BPN Prabowo-Sandiaga yang dianggap Andi mengkambinghitamkan Demokrat atas kekalahan BPN dalam Pemilu 2019.

Andi memulai dengan mengungkit kembali peristiwa pemilihan cawapres hingga gelaran deklarasi yang tak melibatkan partainya maupun sang ketum, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Pasangan 02 deklarasi capres-cawapres tanpa melibatkan Partai Demokrat,SBY dan AHY Artinya, merasa kuat dan punya perhitungan sendiri untuk menang. Dalam kenyataannya kalah, terpuruk, malah menyalahkan Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Ngambek pada kekuatan yang tidak dilibatkan," tulis Andi Arief dalam akun Twitter-nya, Jumat (7/6/2019).

Padahal, menurut Andi, ketiganya tidak dilibatkan dalam deklarasi pada 9 Agustus 2018 hanya karena meminta Prabowo tak meminang Sandiaga sebagai cawapres. Selain itu, Andi juga menyinggung deklarasi Prabowo-Sandiaga yang hanya disaksikan oleh PAN-PD-Gerindra.

Andi lantas menjelaskan bahwa alasannya karena, Demokrat telah menolak pencalonan Sandiaga, karena dianggap secara survei tidak dapat menjadi faktor pemenang dan selain itu dianggap sebagai cawapres yang teridentifikasi SARA.

"Tidak ada pandangan subjektif pada Sandi Uno dari Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Berdasarkan survei saat itu, Sandi Uno teridentifikasi politik SARA, sehingga sulit menang di Jateng dan Jatim, yang pemilihnya besar. Pak Prabowo keras kepala dan meninggalkan Demokrat. Kini terbukti," tulis Andi.

Jika kita cermati dari sisi isi, maka yang dikatakan oleh Andi Arief bukanlah hal yang baru. Serius iya, fakta ya, tapi jelas bukan sesuatu yang baru.

Pertama, soal relasi antara Demokrat dan koalisi Adil Makmur memang tidak pernah akur sejak awal. Secara politik sebelum pembentukan koalisi, Demokrat bahkan sebenarnya lebih ingin mendekat ke kubu 01 daripada 02. Hanya sampai detik akhir belum ada kesepakatan politik yang terjadi karena relasi antara SBY dan Megawati yang belum cair saat itu.

Kedua, soal Sandiaga Uno. Ketidaksetujuan Demokrat untuk dipilihnya Sandi sebagai cawapres memang menjadi pro dan kontra pada saat itu. Sebenarnya bukan Demokrat saja yang tidak setuju, PKS dan kelompok lain di luar partai juga tidak setuju.

Demokrat berkeinginan agar AHY sebagai cawapres, sedangkan PKS dan kelompok lain berharap ada wakil ulama di samping Prabowo. Sandiaga akhirnya diterima menjadi sosok yang kuat secara finansial dan akhirnya diterima juga oleh kelompok lain di luar partai.

Soal survei tentang Sandiaga yang dianggap memainkan politik identitas, mungkin erat hubungannya dengan rekam jejak Sandi saat mengikuti kontestasi Pilkada DKI Jakarta. Setelah itu, harus diakui cara yang sama ingin dimainkan di pilpres hanya tidak berjalan seampuh di Jakarta.

Lalu apa makna politis dari pernyataan yang tidak baru dari Andi Arief ini? Jika di sepak bola, Andi Arief ini penyerang sayap yang suka memberikan umpan lambung atau terkadang langsung menembak ke arah gawang lawan.

Terkadang Andi blak-blakan, terkadang diam tergantung momen penting apa yang ingin dimainkan. Ketika bicara tentang setan gundul, Andi sedang memainkan peran Demokrat yang sebenarnya ingin menganggap dirinya sebagai partai yang plaing logis di BPN, dan berharap suara dan pendapat mereka diterima.

Saat ini, Andi sudah bergerak lebih jauh. Mengungkapkan sesuatu yang "lama", dengan tetap menjadikan Demokrat, AHY dan SBY sebagai korban, Andi seperti ingin mengundang BPN Prabowo agar segera tidak perlu malu-malu untuk menganggap Demokrat sebagai lawan.

Andi paham betul bahwa etika politik Demokrat tidak mau dinilai sebagai partai yang meninggalkan kawan saat pertandingan masih berlangsung, sehingga desain yang harus dibangun adalah kawan yang tidak menganggap Demokrat sebagai kawan dengan tindakan-tindakan tidak adil terhadap Demokrat yang dilakukan oleh BPN.

Karena itu, hampir dipastikan berpindahnya gerbong Demokrat tinggal menghitung hari saja. Jika keputusan MK adalah tanggal 22 Juni, maka Demokrat dipastikan akan meninggalkan Koalisi 02. Sebenarnya bisa sekarang, namun dirasa tidak elok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun